Rusia mendapat sanksi bertubi-tubi dari Barat akibat konflik dengan Ukraina. Akibatnya, tidak lagi mengakses pesawat baru dan suku cadang buatan Airbus, Boeing, dan lainnya buatan perusahaan Barat. Beruntung, Rusia mempunyai banyak pesawat buatan dalam negeri, salah satunya Irkut MC-21 yang memiliki sayap pesawat pertama di dunia.
Baca juga: MC-21-300 Berhasil Lewati Uji Kemampuan di “Kolam” Air
Rusia bukan kali ini saja mendapat sanksi dari Barat. Sejak tahun 2014 lalu pra dan pasca aneksasi Krimea, Rusia sudah ‘kenyang’ dihantam berbagai sanksi oleh Barat. Puncaknya, sanksi oleh Barat terjadi pasca invasi Rusia ke Ukraina beberapa waktu lalu.
Namun, mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, menegaskan sanksi tersebut tak akan berpengaruh ke Kremlin. Hal itu tentu bukan omong kosong. Salah satu contohnya, pada tahun 2018 silam, di tengah sanksi bertubi-tubi dari Barat, Rusia justru berhasil mengembangkan sayap pesawat Irkut MC-21 menjadi yang pertama di dunia. Apa bedanya dengan sayap pesawat lainnya?
Dilansir Simple Flying, Irkut MC-21 didesain menjadi pesawat komersial pertama di dunia dengan sayap komposit yang diproduksi dengan teknik out of autoclave (OOA) atas dukungan teknologi vacuum infusion yang dipatenkan Rusia. Ini disinyalir menjadi pionir perkembangan baru di dunia penerbangan.
Dengan teknik produksi OOA, sayap pesawat Irkut MC-21 buatan Irkut Corporation (bagian dari United Aircraft Corporation, Rostec) jauh lebih ringan, ramping, dan kuat dibanding sayap pesawat lainnya.
“Penggunaan material komposit yang kaku dan ringan memungkinkan pengembangan sayap dengan aspek rasio tinggi dan meningkatkan aerodinamika MC-21, yang pada gilirannya memungkinkan peningkatan diameter badan pesawat agar lebih nyaman bagi penumpang. Sayap ini diproduksi menggunakan teknologi infus vakum yang unik, dipatenkan di Rusia,” kata Irkut dalam sebuah pernyataan.
Irkut MC-21 diketahui memang memiliki diameter badan yang lebih besar dibanding kompetitornya Airbus A320neo dan Boeing 737 MAX. Disebutkan, saking besarnya, gangway MC-21 bisa memuat troli katering dan satu orang lainnya dalam waktu bersamaan tanpa harus bergantian, sesuatu yang musahil didapat dari dua kompetitornya itu.
Sejarah mencatat, dimensi pesawat terbukti membuat Boeing 707 menuai sukses -sekaligus awal dari kesuksesan divisi komersial Boeing- setelah Presiden Boeing, Bill Allen,menginstruksikan Tex Johnston, kepala uji coba Boeing untuk membuatnya menjadi beberapa inci lebih lebar dari McDonnell Douglas DC-8 yang ketika itu menjadi pesaing terberat.
Penggunaan material komposit sayap pesawat tentu bukan yang pertama. Sebelumnya, berbagai pesawat seperti Boeing 787 Dreamliner, Airbus A380, dan Boeing 777X juga menggunakan sayap berbahan dasar komposit dengan kadar yang berbeda-beda.
Material komposit pada pesawat tersebut juga dibuat dengan teknik autoclave curing atau pengawetan autoklaf, dimana resin dipanggang dalam oven besar bersuhu tinggi untuk kemudian digabungkan dengan carbon fiber-reinforced polymer (CFRP) dan dikeraskan menjadi sayap. Proses ini disebut jauh lebih mahal dibanding menggunakan teknik OOA.
Sudah begitu, prosesnya juga tidak jauh lebih mudah dan lebih cepat serta hasilnya tak lebih baik ketimbang sayap yang diproduksi menggunakan teknik OOA.
Pengembangan dan produksi bahan komposit polimer Rusia untuk sayap MC-21 dimulai setelah pemberlakukan pembatasan perdagangan terhadap Aerocomposit oleh Amerika Serikat pada September 2018.
Sementara itu bahan domestik untuk struktur bantalan beban komposit juga telah dikembangkan dengan partisipasi para ilmuwan dari Universitas Negeri Moskow dan perusahaan Rosatom.
Baca juga: Boeing 737 MAX ‘Tumbang’, Rusia Tantang Airbus A320neo Lewat MC-21
Panel sayap luar dan bagian tengah sayap pesawat MC-21 diproduksi oleh perusahaan AeroComposit-Ulyanovsk.
Meski begitu, Aerocomposit mengaku bahwa mereka tetap dibantu oleh perusahaan Barat dalam memproduksi sayap pesawat pertama di dunia, seperti Diamond Aircraft asal Austria, produsen aerocomposit FACC, spesialis otomasi Mtorres asal Spanyol, dan spesialis peralatan infus Stevik Cergy asal Perancis.