Rute Banda Aceh-Medan pulang pergi (PP) selama ini dikenal sebagai salah satu tempat berkumpulnya bus-bus mewah di Indonesia. Tidak hanya mewah dari segi fasilitas, dari segi dapur pacunya juga bisa dikatakan mewah.
Baca juga: Juanda, Pasar Baru, dan Karet, Nostalgia Bus AKAP Saat Diperbolehkan Masuk Tengah Kota
Karena mayoritas bus yang melayani rute tersebut adalah bus dengan sasis premium yang notabene bertenaga besar dan dilengkapi beragam fitur canggih. Bahkan, faktanya salah satu PO, yakni Kurnia, Anugerah, Pusaka (KAP) Group menjadi pelopor penggunaan sasis premium di Indonesia.
Pada 1996, KAP Group yang membawahi PO Kurnia, PO Anugerah, dan PO Pusaka mendatangkan secara utuh (completely built-up/CBU) sasis OH 1634-L. Sasis tersebut didatangkan melalui dealer resmi Mercedes Benz di Medan, PT Bintang Cosmos dalam dua tahap, yakni 8 unit pada tahap pertama dan 12 unit sisanya pada tahap kedua.
Dari kode tersebut sudah bisa ditebak berapa tenaga yang dihasilkan oleh dapur pacunya, tak lain dan tak bukan 340 daya kuda (horse power). Bandingkan dengan sasis Mercedes Benz yang dipasarkan secara resmi di Indonesia kala itu, yakni OH 1518 dan OH 1521 yang tenaganya masing-masing 180 HP dan 210 HP.
Adapun, untuk berat operasional maksimum (gross vehicle weight/GVW) hanya 16 ton atau berselisih 1 ton saja dari saudaranya yang resmi dipasarkan di Indonesia. Baik OH 1518 maupun OH 1521 GWV-nya tak lebih dari 15 ton.
Tenaga yang luar biasa dari OH 1634L merupakan buah dari penggunaan mesin OM442A 11.000 cc. Mesin tersebut menggunakan konfigurasi V8 atau mesin V dengan delapan silinder. Mesin tersebut juga didukung oleh turbo ganda atau twin turbo.
OH 1634L punya “panggilan sayang” Megatrend dari KAP Group. Megatrend juga kerap disebut sebagai “pelor” Aceh lantaran larinya terlampau kencang seperti peluru.
Pada masa kejayaannya, Megatrend ditugaskan untuk melayani kelas tertinggi Non Stop atau Super Eksekutif seat 2-1. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk perjalanan Medan-Banda Aceh atau sebaliknya kurang dari 10 jam. Selisih 1-2 jam lebih cepat dari bus-bus lainnya.
Jelas saja, Megantrend yang bertenaga besar bisa melibas medan berat di lintas Pegunungan Seulawah. Demikian halnya ketika melibas trek lurus, sekali tancap gas yang lain tertinggal di belakang.
Tak sedikit bus-bus dari PO lain atau sesama KAP Group yang menggunakan OH 1521 atau OH 1518 mencoba mengimbanginya. Tetapi hasilnya tak seperti yang diharapkan, beberapa bahkan mesinnya jebol lantaran dipaksa berlari terlalu kencang dalam jangka waktu cukup lama.
Kemudian, bicara soal fitur, Megatrend membawa fitur yang terlampau canggih di zamannya. Mulai dari suspensi udara hingga retarder bermerk Telma untuk membantu bus mengurangi lajunya saat berlari kencang.
Pada awal kemunculannya, Megatrend menggunakan bodi Setra Boxer dari karoseri Rahayu Santosa. Perbedaannya dengan bus-bus lain yang juga menggunakan Setra Boxer adalah julur depan (overhang depan) yang sangat panjang. Panjangnya menyamai lebar pintu depan.
Seiring berjalannya waktu, jumlah Megatrend yang beroperasi berkurang. Bukan karena rusak, beberapa unitnya tercatat menjadi korban pembakaran bus saat konflik Aceh akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Selain itu, bencana Tsunami yang meluluhlantakkan Aceh juga ikut merusak beberapa unit bus itu.
Megatrend yang tersisa diketahui sempat dua kali “berganti baju”. Pertama adalah bodi Evolution di karoseri Rahayu Santosa pada 2006-2007. Kedua pada 2014-2015 bodinya diganti menjadi Legacy SR1 di karoseri Laksana dan Jetliner di karoseri Rahayu Santosa.
Baca juga: Pengemudi Bus AKAP Juga Punya “Ceperan”, Ternyata Ini Sumbernya
Sebagian diantaranya yang sudah berganti baju diketahui sudah afkir atau pensiun. Maklum, umurnya sudah melampaui 25 tahun atau batas akhir usia bus AKAP. Kemudian yang masih tersisa ditugaskan untuk layanan Patas/Eksekutif Medan-Banda Aceh atau Medan-Lhokseumawe. [Bisma Satria]