Pesawat Boeing 737-800NG China Eastern Airlines jatuh di daerah perbuktian Teng, Wuzhou, Provinsi Guangxi, Cina dan menewaskan 132 orang kru dan penumpang. Data FlightRadar24 menunjukkan, pesawat jatuh dari ketinggian 982 meter dengan kecepatan hampir 700 km per jam sebelum menghantam daratan.
Baca juga: Vesna Vulovic – Pramugari Selamat dari Ledakan Pesawat di Ketinggian 10.000 Meter
Sampai saat ini, tidak ada tanda-tanda korban selamat. Namun, secara teori, sebetulnya bisa saja seseorang atau penumpang yang terjatuh dari pesawat selamat. Jangankan jatuh dari pesawat di ketinggian hampir 1 km, lebih dari itu, semisal 9 km pun penumpang bisa saja selamat. Tetapi, bagaimana itu terjadi?
Dilansir insh.world, saat seseorang terjatuh dari pesawat, tanpa parasut, tanpa pakaian khusus, hal yang pertama terjadi adalah hipotermia. Suhu rata-rata pada ketinggian 9.144 meter (30.000 kaki) di langit berkisar antara -40 ° C hingga -57 ° C.
Selain kedinginan, orang yang jatuh dari pesawat dari ketinggian tersebut juga mengalami kekurangan oksigen. Umumnya, udara mengandung 20,9% oksigen. Tetapi pada ketinggian ekstrem terdapat tekanan udara yang lebih rendah, sehingga terasa seperti oksigen yang jauh lebih sedikit.
Karenanya, selain kedinginan dan kekurangan oksigen, gabungan dari keduanya akan membuat seseorang tersebtu pingsan selama beberapa detik. Semakin mendekati daratan, orang yang jatuh dari langit tanpa parasut, akan kembali siuman atau tersadar seiring tekanan yang meningkat.
Sampai di sini, kesimpulan awalnya adalah, masih ada kemungkinan orang yang terjatuh dari pesawat di ketinggian sekitar 9 km tanpa parasut selamat. Dengan catatan, usianya tergolong muda dan ia tidak memiliki riwayat penyakit tertentu yang bisa menimbulkan kematian mendadak.
Akan tetapi, apapun yang jatuh dari ketinggian, termasuk manusia, kecepatannya akan semakin meningkat sampai menghantam daratan. Disebutkan, kecepatan seseorang yang jatuh dari pesawat, dari ketinggian 9 km akan meningkat sebesar 9,8 meter (32 kaki) per detik atau total di kecepatan 190 km per jam sampai daratan akibat gravitasi bumi.
Dengan kecepatan tersebut, hampir mustahil manusia yang terjatuh dari ketinggian 9 km selamat. Faktanya, itu pernah terjadi. Bukan sekali, melainkan sudah sering terjadi. Sejak 1940-an, tercatat ada hampir 50 kasus orang yang selamat usai jatuh dari pesawat pada ketinggian ekstrem.
Pada 26 Januari 1972, pesawat JAT airways dengan nomor penerbangan 367 meledak di udara saat di ketinggian 10.000 meter (33.000 kaki). Ajaibnya, pramugari berusia 22 tahun, Vesna Vulovic, berhasil selamat dari peristiwa naas itu dan memecahkan rekor dunia.
Ketika itu, ledakan terjadi di bagian depan pesawat. Sedangkan ia berada di bagian belakang pesawat dan tidak tersedot keluar saat dekompresi eksplosif terjadi. Ia tetap berada di bagian ekor yang utuh dan jatuh di pegunungan Cekoslowakia, di atas salju tebal dan terlindungi oleh bagian ekor pesawat dari benturan langsung. Alhasil, ia pun selamat meski mengalami patah tulang.
Baca juga: iPhone Milik Pilot Jatuh dari Pesawat, Ditemukan Masih Utuh Tanpa Goresan!
Peristiwa lain bahkan lebih mengerikan lagi. Berbeda dengan Vesna Vulovic yang masih dilindungi ekor pesawat, Alan Eugene Magee, pasukan Angkatan Udara AS, jatuh pesawat pembom B-17 Flying Fortress di ketinggian 6,700 meter. Ia tak sempat mengambil parasut saat pesawat ditembak jatuh dan langsung melompat dari ketinggain tersebut.
Tanpa parasut dan tanpa apapun yang melindungi dirinya dari benturan, ajaibnya, ia berhasil selamat setelah mendarat di atap kaca stasiun kereta api di Perancis dan ditemukan tergantung di balok baja yang menopang atap dalam kondisi pingsan.