Tuesday, November 26, 2024
HomeBus AKAPRumah Makan Umega, dari Usaha Menambah Gaji Hingga Jadi Bagian Penting Tradisi...

Rumah Makan Umega, dari Usaha Menambah Gaji Hingga Jadi Bagian Penting Tradisi Merantau Orang Minang

Bicara soal bus antar kota antar provinsi (AKAP) jurusan Bandung-Jabodetabek-Sumatra Barat, tentu saja tak boleh melewatkan rumah makan yang satu ini. Rumah makan yang dimaksud adalah RM Umega yang ada di pinggir Jalan Lintas Tengah Sumatra, Gunung Medan, Dharmasraya, Sumbar.

Baca juga: Sajian di Rumah Makan PO Bus AKAP, Jurus Pemikat Loyalitas Penumpang

Rumah makan tersebut didirikan oleh salah satu pegawai kejaksaan di Dharmasraya, Zubir Sutan Bagindo pada medio 1970-an. Nama Umega sendiri merupakan sebuah akronim dari “Usaha Menambah Gaji”.

Seiring berjalannya waktu, usaha menambah gaji yang dilakukan Zubir justru menghasilkan uang lebih besar dari gajinya. Dari sebuah rumah makan kecil, RM Umega berkembang menjadi berkembang menjadi tempat istirahat terpadu dengan fasilitas rumah makan, toko oleh-oleh, ATM, musala, hotel, hingga SPBU.

Menu makanan yang tersedia di RM Umega sama seperti dengan rumah makan Padang atau Ampera Minang kebanyakan. Ada rendang, ayam gulai, ayam bakar, gulai cancang (daging cincang), telur balado, nasi goreng padang, soto padang dan lain-lain. Tentu saja, tersedia pula sayur pucuk ubi (daun singkong), gulai cubadak (nangka), serta sambal hijau.

Menu makanan yang dijual di RM Umega harganya boleh dikatakan cukup bersahabat untuk ukuran rumah makan di Jalur Lintas Sumatra. Harganya mulai dari belasan ribu rupiah hingga Rp28.000 untuk satu piring nasi beserta sayur dan lauk lengkap.

Rasa dan kebersihannya juga konsisten terjaga selama puluhan tahun. Termasuk kebersihan fasilitas toilet, kamar mandi, dan musalanya.

Oleh karena itu, rumah makan ini juga menjadi pilihan bagi pengendara kendaraan pribadi yang melintas di Jalur Lintas Tengah Sumatra. Saat, musim mudik tiba, area parkir Umega seringkali penuh oleh kendaraan pribadi berplat nomor luar kota, khususnya Jakarta dan Bandung.

Saat ini, perusahaan otobus (PO) yang berhenti rehat di RM Umega antara lain adalah PO Naikilah Perusahaan Minang (NPM), PO Family Raya Ceria (FRC), PO Armada Bumi Minang (ABG), PO Transport Express, PO Lubuk Basung Jaya (LBJ) Transport, PO Putra Rafflesia, PO Epa Star, PO Gumarang Jaya dan PO Palala. Beberapa armada milik PO Antar Lintas Sumatra (ALS) juga kerap terlihat mampir di rumah makan tersebut.

Di sisi lain, RM Umega ternyata punya tempat tersendiri di hati orang Minang, utamanya para perantau yang menuju ke Jawa lewat jalan darat. Sebab, rumah makan tersebut sempat menjadi rumah makan satu-satunya bagi bus yang berangkat dari Sumbar menuju Jawa.

Perantau Minang kawakan yang pernah merasakan bagaimana merantau atau kembali ke kampung halaman menggunakan bus pada medio 1970-awal 2000-an tentunya tak asing dengan rumah makan ini. Kesan tersendiri itu juga ada kaitannya dengan keberadaan pengamen saluang atau alat musik tradisional Minang di teras rumah makan.

Alunan saluang yang merdu seakan menyambut para perantau yang akan kembali ke kampung halamannya di Ranah Minang. Sebaliknya, bagi para perantau yang akan kembali ke tanah rantauan, alunan saluang seakan-akan menjadi salam perpisahan di ujung Bumi Minangkabau.

Baca juga: Pelayanan Rumah Makan Minang dan Karakter Penumpang, Jadi Sebab Bus AKAP Lintas Sumatera Tak Sediakan Makan

Dharmasraya merupakan kabupaten paling barat yang ada di Sumbar. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jambi dan menjadi pintu gerbang masuk ke Ranah Minang dari Jawa atau dari bagian selatan Sumatra. (Bisma Satria)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru