Buntut dari invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu, diberitakan bahwa industri Rusia bakal terpukul sangat keras sebagai akibat dari ‘hujan’ sanksi yang diberikan Amerika Serikat dan Eropa Barat. Namun, ada yang terlupa, bahwa industi penerbangan global juga bisa terkena imbas dari sanksi tersebut. Persisnya sebagai pembatasan dan embargo kepada Rusia, ternyata bisa berdampak buruk bagi perusahaan dirgantara sekelas Airbus, Boeing dan Embraer. Kok bisa?
Baca juga: Airbus ‘Tunduk’ ke Rusia Gegara Titanium, Seberapa Penting Buat Pesawat?
Dikutip dari flightglobal.com (25/2/2022), invasi Rusia ke Ukraina telah membawa ketidakpastian bagi perusahaan kedirgantaraan Barat, pasalnya banyak di antaranya bergantung pada Rusia untuk menyediakan sebagian besar komponen titanium yang digunakan untuk memproduksi pesawat dan mesin komersial.
Di pasar titanium, VSMPO-Avisma dari Rusia adalah pemain terbesar di dunia, dimana perusahaan ini memasok komponen penting dalam rantai pembuatan pesawat komersial di dunia. Airbus dan Boeing, dan banyak lainnya dalam rantai pasokan yang lebih luas, bergantung pada impor titaniu dari perusahaan Rusia ini.
Pasca invasi Rusia ke Ukraina, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengakatan, rangkaian sanksi akan menurunkan kemampuan industri kedirgantaraan Rusia. Tetapi Biden mungkin lupa, perang ekonomi yang dikobarkan juga dapat melukai sektor kedirgantaraan Barat, terutama jika pasokan titanium Rusia terhenti.
“Jika [pasokan] dari Rusia itu hilang – itu akan menjadi masalah besar,” kata Kevin Michaels, direktur pelaksana konsultan kedirgantaraan AeroDynamic Advisory. “Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mensertifikasi pemasok lain? Itu akan memakan waktu yang sangat lama.” Michaels mencatat Rusia sebelumnya mengancam akan menghentikan ekspor titanium tetapi tidak pernah benar-benar melakukannya. Bahkan pada puncak Perang Dingin, bekas negara Uni Soviet itu terus memasok logam ke AS.
Beberapa perusahaan dirgantara, seperti Boeing telah mengklaim siap menghadapi gangguan pasokan dengan menggunakan cadangan titanium. Pasokan itu dapat membantu mereka mengatasi kekurangan, kata analis Michel Merluzeau dari konsultan AIR.
Sebagai catatan, Boeing dan Airbus menggunakan titanium dalam jet narrow body pada tingkat komponen struktural. Michaels memberi ilustrasi bahwa komponen titanium mewakili 15 persen dari berat kosong Boeing 787 Dreamliner. Titanium berpasangan dengan baik dengan serat karbon karena bahannya memiliki sifat ekspansi termal yang serupa.
VSMPO-Avisma disebut-sebut memasok sekitar 35-40 persen titanium yang digunakan oleh Boeing, setidaknya setengah dari kebutuhan Airbus dan sebagian besar dari Embraer. Boeing pada November 2021 baru aja menandatangani perjanjian pasokan jangka panjang dengan VSMPO yang mencakup komponen titanium untuk pesawat komersial, mempertahankan posisi perusahaan Rusia sebagai pemasok titanium terbesar ke badan pesawat AS. Boeing bersama Ural ternyata juga memiliki usaha patungan di Rusia, yaitu Ural Boeing Manufacturing.