Tuesday, November 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanMengenang Insiden Garuda Indonesia GA981, Berhasil Mendarat Mulus Meski Landing Gear ‘Pincang’

Mengenang Insiden Garuda Indonesia GA981, Berhasil Mendarat Mulus Meski Landing Gear ‘Pincang’

Berbicara penerbangan dari Jeddah, Arab Saudi, ke Bandara Soekarno-Hatta, sebagian dari kita mungkin pernah mendengar beberapa kecelakaan, seperti kecelakaan pesawat sewaan Garuda Indonesia di Sri Lanka dan menewaskan 183 dari 262 penumpang dan awak kabin pada 15 November 1978 atau mungkin kecelakaan lainnya pada 4 Desember 1974 di Sri Lanka yang juga menimpa jamaah haji.

Baca juga: Hari Ini, 42 Tahun Lalu, Ratusan Jamaah Haji Tewas Terpanggang di Pesawat PIA Flight PK740

Akan tetapi, mungkin tak banyak yang ingat bahwa penerbangan di dua rute tersebut juga pernah nyaris menelan korban jiwa. Salah satunya adalah pesawat Boeing 747-400 PK-GSH Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA981. Beruntung, pilot berhasil melakukan pendaratan mulus meski landing gear sebelah kiri di bagian sayap tidak keluar.

Dikutip dari Majalah Angkasa No. 12 September 2006 Tahun XVI, insiden yang menimpa Queen of the Skies Garuda Indonesia GA981 dimulai tak lama setelah pesawat lepas landas dari Bandara King Abdul Aziz. Ketika itu, ada es yang menyelimuti nacelle sekitar mesin kiri.

Kondisi ini jarang terjadi di Jeddah. Umumnya cuaca Jeddah sangat cerah.Pembentukan es di sayap dapat membahayakan, antara lain menambah beban sayap yang sudah berbobot 43 ton. Es juga dapat menyebabkan kematian mesin seperti PK-GWA di Bengawan Solo.

Es di sayap juga dapat mempengarugi aerodinamik dan menghambat lift. Untuk mengurangi es, dilakukan de-icing dengan aliran udara panas dari pipa di bawah kulit sayap. Sembari de-icing PK-GSH terus meluncur ke FL350.

Pada ketinggian FL350, panel hidrolik menyala menandakan kebocoran pada pompa nomor empat. Instrumen menunjukkan 0,34 kemudian menjadi 0,33. Saat itu belum tahu mengapa pipa bocor. Dari sinilah insiden bermula.

Untuk diketahui, Pesawat 747-400 mempunyai empat pompa hidrolik, satu tidak bekerja normal, itu masih normal. Jadi pesawat tetap meluncur ke Jakarta. Dari titik kebocoran hidrolik, masih ada 10 jam lagi terbang ke Jakarta.

Umumnya bila salah satu redudancy tidak bekerja, cadangan lain otomatis ambil alih. Setelah peringatan sistem hidrolik berlalu, penerbangan kembali normal. Hingga kedapatan menjelang landing, main landing gear kiri tidak dapat keluar.

Dalam buku manual 747-4U3, kondisi demikian masih normal. Disebutkan bahwa pompa hidrolik akan hasilkan tekanan 3000psi untuk disalurkan ke dalam 9 sistem penggerak. Termasuk alat kemudi, autopilot, roda pendarat, serta air braking system.

Satu pompa mati masih normal, dua pompa mati masih normal. Kondisi ini dimungkinkan karena ada cross gate. Hanya saja awak kokpit harus bekerja ekstra keras untuk mengalirkan hidrolik tersebut secara manual.

Sayangnya, saat approach landing, left landing gear tidak keluar. Meski bisa saja melakukan cross gate, tetapi faktanya landing gear sebelah kiri tidak keluar dan itu terllihat jelas dari darat.

Dengan kondisi seperti itu, tentu saja setelah berkomunikasi dengan ATC, pesawat diizinkan mendarat. Pesawat, yang saat itu dipimpin Capt Harry, kemudian melakukan hard landing dan meluncur di runway. Selama meluncur di runway, pesawat berhasil mempertahankan aerodinamikanya dan tidak miring ke kiri.

Selama meluncur di runway, rem roda pesawat tidak digunakan karena berpotensi menimbulkan percikan api. Pesawat akhirnya berhenti 300 meter dari ujung runway dengan roda depan hanya tiga meter dari center line alias serupa dengan pendaratan normal.

Baca juga: Ternyata, Flap Boeing 747 Garuda Indonesia Pernah Lepas di Udara

Secara teori, pendaratan tanpa landing gear kiri atau kanan memang dimungkinkan terjadi secara normal. Selain terjadi pada Garuda Indonesia, maskapai lain juga pernah mengalami hal serupa, salah satunya Virgin Atlantic.

Saat ini, penerbangan GA981 masih dipertahankan untuk penerbangan internasional dari Jeddah ke CGK PP, Jeddah – Bandara Sultan Iskandar Muda, dan Bandara Sultan Iskandar Muda – CGK. Namun, lain halnya dengan pesawat Boeing 747-400 PK-GSH, menurut Planespotter, pesawat tersebut sudah pensiun dan ‘dimutilasi’ di Cengkareng.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru