Pada hari ini, 18 tahun lalu, bertepatan dengan 30 November 2004, pesawat McDonnell Douglas MD-82 dengan nomor penerbangan JT 538 mengalami kecelakaan di Bandara Adi Sumarmo, Solo, Jawa Tengah akibat overrun. Sedikitnya, 26 orang tewas, 55 orang luka berat, dan 63 orang luka ringan dalam kecelakaan ini.
Baca juga: 10 Kecelakaan di Bandara Sultan Hasanuddin, Lion Air Penyumbang Terbanyak
Dihimpun dari berbagai sumber, sejak awal berangkat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK-LMN tujuan Bandara Internasional Juanda, Surabaya, via Bandara Adi Sumarmo, Solo, dengan membawa 146 penumpang dan tujuh kru itu sudah diguyur hujan lebat.
Puncaknya terjadi saat pendaratan transit. Pada pukul 18.15 WIB, menurut kesaksian korban selamat, pesawat mendarat disertai hujan lebat, petir, dan angin kencang. Tidak adanya Standing Water Detector (SWD) atau alat pendeteksi tingginya genangan air di runway bandara tersebut membuat pendaratan jadi berbahaya.
Benar saja, pendaratan itu pun berakhir nahas. Pesawat mengalami hydroplaning berujung overrun, keluar landasan, dan masuk ke sawah di bandara sebelum akhirnya berhenti di pemakaman penduduk di Desa Ngesrep, Kecamatan Ngemplak.
Badan pesawat akhirnya patah di tengah, tepatnya di bagian tulisan ‘Lion’ dan membuat pesawat dari tengah hingga depan pesawat hancur.
Sebagai informasi, menurut ICAO, genangan air tertinggi adalah 4 milimeter dan tidak boleh lebih dari 25 persen di area runway yang tergenang. Lebih dari itu, keselamatan penerbangan akan sangat dipertaruhkan.
Berdasarkan hasil penyelidikan Tim Investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), penyebab pesawat Lion Air tergelincir adalah hydroplaning atau sebuah kondisi pengereman yang tidak sempurna akibat adanya pemantulan pesawat dari permukaan landasan yang basah atau tergenang.
Ketua KNKT ketika itu, Kapten Ertata Lananggalih mengatakan, kecelakaan pesawat itu lantaran fungsi sistem pendaratan pesawat yang tidak optimal ditambah cuaca buruk.
Lantaran landasan pacu yang tergenang air, menurutnya membuat pesawat tergelincir dan tidak dapat dikendalikan dan mengalami overshoot/overrun atau meluncur keluar landasan dan berujung berhenti di pemakaman umum sekirar bandara.
Baca juga: Hari Ini, MD-90 Lion Air Tergelincir Gegara Pilot ‘Berburu’ Bonus dan Paksakan Pendaratan
Selain itu, tertutupnya panel perusak gaya angkat dibagian sayap (Spoiler) dan pintu pembalik arah gaya dorong mesin (Reverser) juga menjadi penyebab kecelakaan. Hal itu ditambah aktivitas awan di sekitar bandara telah menyebabkan timbulnya angin buritan sebesar 13 knots yang mengakibatkan bertambahnya jarak meluncur pesawat saat mendarat.
Sementara itu, menurut Ertata, penyebab banyaknya korban yang meninggal atau luka berat yang menimpa penumpang di kursi depan atau kursi nomor 1-11 adalah karena tertabraknya fondasi antena localizer di daerah Runway End Safety Area (RESA) pada lokasi 140 meter dari ujung landasan pacu. Sehingga bagian depan pesawat terkoyak.