Rencana penutupan Bandara Internasional Halim Perdanaksuma selama 9 bulan disebutkan terkait dengan revitalisasi, dimana bandara peninggalan Belanda ini dipersiapkan sebagai pusat logistik pemimpin negara yang akan menghadiri KTT G20 yang direncakan digelar tahun 2022. Dan bagian dari revitalisasi adalah penguatan pada landas pacu (runway).
Bakal dihadiri oleh petinggi mancanegara seperti Presiden Amerika Serikat Joe Biden, membuat otoritas bandara harus menghitung cermat kekuatan landas pacu. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto mengatakan, terjadi penurunan kualitas elemen bandara, terutama pada runway atau landasan pacu. “Kami sedang menyiapkan desain sisi udara seperti rekonstruksi runway dan perbaikan sistem drainase. Hal-hal tengah kami bahas dengan berbagai pihak,” ujar Novie dalam keterangannya di Kompas.com (5/11/2021).
Meski rangkaian KTT G20 dipusatkan di Bali, pemerintah juga memperhitungkan aspek logistik dan penerbangan. Mengingat, kegiatan pertemuan dunia lainnya selalu berkaitan dengan daerah-daerah lain di luar tempat acara. Bukan hanya Bandara Halim Perdanakusuma, beberapa bandara alternatif juga akan dipersiapkan untuk mendukung hajatan KTT G20.
Kilas balik tentang runway di Bandara Halim, pernah terjadi insiden rusaknya lapisan landasan saat digunakan oleh pesawat widebody Boeing 777 Garuda Indonesia. Peristiwa terkelupasnya landasan di Halim Perdanakusuma terjadi pada 28 Juli 2017 saat memberangkatkan jemaah haji ke Arab Saudi, akibatnya bandara sempat ditutup selama tiga jam untuk proses perbaikan.
Pangkal musababnya terkelupasnya lapisan runway ternyata disebabkan faktor usia. “Mengelupasnya runway di Halim memang tidak disangka-sangka. Meski sudah dilakukan perawatan rutin, tapi usia runway di sana memang lebih tua dari runway di Bandara Soekarno-Hatta yang juga sudah tua saat ini,” ujar Head of Secretary and Legal PT Angkasa Pura II Agus Haryadi, seperti dikutip dari Kompas.com.
Selain usia runway, Agus juga menyinggung tentang ramainya Bandara Halim, terutama dalam beberapa bulan terakhir ketika sejumlah rombongan tamu kenegaraan melalui tempat tersebut. Sebagian besar rombongan kenegaraan menggunakan pesawat berbadan lebar dengan bobot bagasi yang cukup besar, seperti rombongan Raja Arab Saudi. “Bawaan di pesawatnya lebih banyak, seperti mobil berapa unit. Bebannya bisa jadi lebih berat dari pesawat haji, tapi saat itu alhamdulillah enggak ada kendala, begitupun dengan penerbangan haji tahun-tahun lalu di Halim,” kata Agus.
Salah satu bahan baku pembuat runway Halim adalah aspal. Di Bandara Soekarno-Hatta, bahan baku pembuat runway adalah beton. Kedua bahan tersebut telah melewati uji standar yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku. Agus mengungkapkan, ada perbedaan karakteristik antara keduanya yang membedakan ketika runway menopang bobot pesawat. Runway Halim yang terkelupas sekitar tiga kali dua meter dengan kedalaman 25 sentimeter.
Berkaca dari insiden yang terjadi pada tahun 2017, Pemerintah sepertinya tak ingin mengambil risiko ketika banyak tamu VVIP mancanegara akan menggunakan fasilitas di Bandara Halim Perdanakusuma.