Monday, April 7, 2025
HomeDaratDari Bekas Kuburuan Sampai Rawa, Inilah Fakta Unik Tentang Nama Stasiun MRT...

Dari Bekas Kuburuan Sampai Rawa, Inilah Fakta Unik Tentang Nama Stasiun MRT Singapura

Warga asli atau pelancong banyak menggunakan MRT dalam perjalanan mereka baik untuk bekerja maupun berwisata. Namun, ternyata banyak hal menarik yang tidak diketahui tentang fakta dari stasiun MRT di Singapura. KabarPenumpang.com melansir timeout.com, berikut ini adalah cerita di balik nama-nama stasiun MRT di Singapura.

Baca juga: Inilah Lima Stasiun MRT dengan Desain Terunik di Singapura

Bishan
Banyak dari stasiun MRT di Singapura yang dulunya adalah kuburan dan tidak terkecuali Bisha. Ini pernah menjadi rumah bagi pemakaman Kwong Wai Siew Peck San Theng yang didirikan imigran Hakka dan Kanton. Namun pada 1980-an ketika pemerintah mengambil alih tanah tersebut, banyak kuburan digali dan setelahnya tidak lagi dikubur melainkan di kremasi. Meski begitu pelancong masih bisa mengunjungi pusat budaya dan kolumbarium Kwong Wai Siew Peck San Theng yang terletak dekat dengan stasiun MRT.

Dhoby Ghaut
Sebelum dikenal sebagai salah satu stasiun MRT tersibuk di kota, Dhoby Ghaut pernah ramai dengan dhobis, atau tukang cuci India yang bekerja di daerah tersebut. Ghaut mengacu pada ‘ghat’ yang merupakan kata Hindi untuk langkah-langkah yang mengarah ke sungai. Dulu, para dhobi akan mengambil air dari Sungai Bras Basah dan mencuci pakaian pelanggan mereka di tempat Dhoby Green sekarang.

Toa Payoh
Nama ini mengambil referensi dari daerah rawa besar di kota itu dulu dan toa adalah kata Hokkien untuk besar dan payoh adalah kata Melayu untuk rawa. Are juga terkenal dengan penghuni liar yang dipindahkan untuk memberi jalan bagi flat dan perkebunan HDB.

Orchard
Hingga saat ini daerah Orchard adalah tempat belanja pelancong. Ternyata, dulunya Orchard Road penuh dengan kebun buah-buahan dan merupakan rumah bagi kebun buah pala, cabai, merica, dan banyak lagi.

Novena
Namanya cukup unik dan area stasiun MRT Novena dulunya merupakan bagian dari pemakaman Yahudi. Meski begitu ini bukan situs pertama dan yang asli terletak di belakang Fort Canning dan dikenal sebagai Old Cemetery. Pada tahun 1985, lahan tersebut dibuka karena pembangunan jalur MRT.

Bugis
Stasiun MRT Bugis awalnya bernama Victoria dan berganti nama menjadi Bugis pada tahun 1985. Sebelum kedatangan Inggris, kanal besar yang melintasi daerah itu adalah tempat orang Bugis yang adalah suku pelaut terkenal dari Sulawesi Selatan.

Bedok
Bedok mendapatkan namanya dari kata Melayu ‘bedoh’ yang merupakan gendang besar. Kembali pada hari-hari, sebuah drum besar digunakan di Masjid Al-Taqua terdekat sebagai panggilan doa bagi umat Islam yang tinggal di daerah tersebut.

Simei
Simei mendapatkan namanya dari Jalan Soo Bee yang sebenarnya masih ada di Upper Changi Road hingga saat ini. Sementara beberapa orang tidak setuju bahwa Simei (terjemahan Mandarin dari Soo Bee) mengacu pada empat keindahan legendaris Tiongkok kuno (yaitu Xishi, Diaochan, Zhaojun dan Guifei), Anda akan menemukan empat mural di sekitar kota para wanita ini sendiri yang membuat lebih banyak orang percaya.

Bukit Merah
Juga dikenal sebagai Bukit Merah, sejarah di balik nama itu sangat menarik. Menurut catatan sejarah Melayu, Singapura dulu diganggu oleh ikan todak yang akan menyerang orang-orang yang tinggal di pantai.

Baca juga: Sejarah MRT Singapura, Dibangun di Atas Keterbatasan Lahan

Tiong Bahru
Seperti Novena dan Bishan, Tiong Bahru juga pernah menjadi kuburan. Kata ‘tiong’ adalah kuburan dalam bahasa Hokkien sedangkan ‘bahru’ berarti baru dalam bahasa Melayu. Sebelumnya, jalan tersebut diberi nama Jalan Tanah Pemakaman karena mengarah dari Jalan Outram ke daerah yang dikelilingi oleh banyak kuburan Cina.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru