Saturday, October 26, 2024
HomeDaratUsai Masa Jaya, Stasiun Parakan Pernah Menjadi Gudang Tembakau

Usai Masa Jaya, Stasiun Parakan Pernah Menjadi Gudang Tembakau

Banyak stasiun tua di Indonesia yang kini tak beroperasi lagi dan beberapa di antaranya sudah beralih fungsi menjadi berbagai macam tempat. Seperti Stasiun Parakan yang beralih fungsi sebagai gudang tembakau dan kini menjadi Pos Pelayanan Properti PT KAI. Stasiun ini termasuk dalam Wilayah Aset VI Yogyakarta serta merupakan stasiun kereta api yang lokasinya paling barat di Kabupaten Temanggung.

Baca juga: Jejak Sejarah Stasiun Muntilan, Kini Berubah Jadi Terminal Bus Prajitno

Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, Stasiun Parakan dibangun pada masa kolonial Belanda. Stasiun ini memiliki nilai historis dan strategis pada masanya dan beroperasi sejak 1 Juli 1907 oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Pada masa kejayaannya stasiun memiliki depo kereta api, depo lokomotif dan gudang sehingga terbilang memiliki fasilitas yang lengkap.

Pada tahun 1945-1950, Stasiun Parakan memiliki peran sentral dalam terbentuknya Satuan Pelajat Temanggung yang terkenal dengan Barisan Pemuda Temanggung atau BPT. Yang mana stasiun diperuntukkan sebagai tempat pasokan alutsista bagi BPT dan untuk mengangkut komoditi ekspor untuk pertumbuhan ekonomi di Parakan.

Pada masa penjajahan Jepang, lebih banyak diperuntukan untuk mengangkut penumpang selain komiditi hasil bumi. Stasiun Parakan ternyata pernah dibumihanguskan oleh para pejuang sebagai taktik agar Belanda tidak menguasai objek vital.

Sehingga Stasiun Parakan sempat dipugar pada bagian atapnya tahun 1950. Stasiun ini dulunya terletak kurang lebih 30 km dari Stasiun Wonosobo, tetapi NIS dan Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), operator Stasiun Wonosobo, tidak berminat untuk menyambungkan kedua stasiun itu, karena kondisi medan pegunungan yang sangat sulit.

Oleh karena itu, untuk menyambung Parakan dengan Wonosobo disediakan angkutan bus. Stasiun Parakan sendiri masih ramai penumpang hingga tahun 1970-an dan tak berselang lama tahun 1973, stasiun dan jalur ini secara resmi ditutup seiring ditutupnya jalur dari Secang, karena penumpang yang turun drastis.

Meski menjadi menjadi Pos Pelayanan Properti PT KAI, bekas depo lokomotif dan gudang kini sudah dibongkar. Stasiun Parakan bangunannya memiliki arsitektur yang sama dengan Stasiun Temanggung dengan gaya Chalet-NIS, yang banyak digunakan untuk stasiun-stasiun NIS pada tahun 1907.

Baca juga: “Baso,” Bukan Cuma Makanan, Tapi Juga Nama Bekas Stasiun di Sumatera Barat

Atapnya bergaya jerkinhead yang menjadi ciri khas bangunan rumah ala Eropa, tetapi menyesuaikan dengan iklim tropis. Dindingnya terbuat dari batu bata tanpa plesteran sehingga menambah kesan artistik bangunan. Tidak jauh dari stasiun, ke arah timur, terdapat Plengkung Campur Sari yang sangat terkenal, terletak di Desa Campursari di Kecamatan Bulu.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru