Airbus tak tinggal diam dengan dominasi kuat Boeing di pasar widebody quadjet atau empat mesin lewat 747. Meski pada akhirnya meluncurkan Airbus A380 dan sempat sukses menggeser atau paling tidak merusak hegemoni Queen of the Skies, sebetulnya Airbus sempat ingin membuat pesawat widebody lain, sekalipun pada akhirnya itu tidak terwujud.
Baca juga: Inilah Aurora D8, Wujud Desain Pesawat Masa Depan Besutan NASA, Beroperasi 2030
Meski demikian, konsep gagasan Airbus itu tidak mati melainkan tanpa sengaja diteruskan oleh Aurora Flight Science, MIT, dan Pratt & Whitney serta didukung NASA.
Dilansir Simple Flying, alih-alih melawan Boeing 747 dengan proyek A3XX yang pada akhirnya dikenal sebagai Airbus A380, sebuah pesawat komersial terbesar di dunia, menurut buku Airbus A380: Superjumbo of the 21st Century oleh Guy Norris dan Mark Wagner, Airbus sempat ingin mengembangkan pesawat widebody P500 dengan konsep horizontal double bubble (HDB).
Kita tahu, Boeing 747 dan A380 memiliki dua tingkat ke atas. Nah, untuk pesawat P500 Double-Bubble, kabin dibuat seolah-olah memiliki dua tingkat. Tetapi, bukan ke atas, melainkan ke samping. Sesuai namanya, pesawat ini memiliki kapasitas 500 kursi dengan kabin tiga lorong.
Sebelum tahun 2000, Airbus terus mengalami pergolakan internal dan penuh dengan kebimbangan untuk memilih lanjutkan proyek A380 atau P500. Di tahun 2000, Airbus akhirnya memilih A380 dan berhasil terbang perdana pada 27 April 2005.
Pesawat kemudian memasuki tahun layanan untuk kali pertama bersama Singapore Airlines pada Oktober 2007 silam, sebelum akhirnya Airbus resmi stop produksi A380 pada Februari 2019.
Menurut banyak kalangan, kegagalan A380 disebabkan oleh beberapa hal. John Leahy, sales terbaik Airbus atau mungkin sales pesawat terbaik di dunia, menganggap mesin menjadi biang kerok kenapa Airbus tak mampu bertahan lebih lama di pasar widebody.
Ketika itu, Airbus merasa dibohongi oleh produsen mesin kenamaan, Rolls-Royce. Produsen mesin asal Inggris itu mengklaim, mesin pesawat yang digunakan A380 adalah mesin terbaik dan butuh 10 tahun lagi untuk pabrikan lain membuat mesin pesawat yang lebih baik dari itu.
Tak lama kemudian, Boeing 787 Dreamliner hadir di penghujung tahun 2009 dengan mesin Rolls-Royce Trent 1000 dan mesin General Electric GEnx 1B-12 yang inovatif dan lebih efisien 10-15 persen dari generasi sebelumnya.
Sekalipun A380 sudah tak lagi sanggup melawan dan 747 kembali berjaya, namun, jangan remehkan konsep pesawat P500 warisan Airbus yang digarap NASA dkk.
Disebutkan, Aurora Double-Bubble D8 diklaim akan membuat konsumsi bahan bakar lebih hemat 37 persen atau menurunkan emisi karbon dioksida hingga 87 persen serta lebih senyap atau minim polusi suara dibanding pesawat jet pada umumnya.
Baca juga: Sedih! Airbus A380 Digadang Bisa Jadi Jet Pribadi, Tapi Malah Ditolak Mentah-mentah
Kemudian, teknologi terbaru di bagian sayap Aurora D8 disebut mampu mengurangi hambatan pada badan pesawat sehingga membuat penerbangan jadi lebih efisien hingga 70 persen.
Selain itu, sayap terbaru itu juga membuat pesawat melaju lebih kencang mencapai kecepatan sekitar 936 km per jam atau Mach 0,74, didukung oleh mesin terbaru yang lebih kecil dan ringan dari Pratt & Whitney serta United Technologies. Pesawat juga disebut lebih senyap dari pesawat pada umumnya.