Menyadari anjloknya industri penerbangan global akibat pandemi Covid-19, Airbus coba memberikan solusi ke maskapai di seluruh dunia. Melalui program modifikasi keluarga pesawat A330 bersama LHT, Airbus akan menyulap kabin penumpang pesawat tersebut menjadi kargo sementara.
Baca juga: Terjadi Lagi, Pesawat Penumpang Dikonversi Jadi Pesawat Kargo Gegara Penerbangan Loyo
Sebetulnya, program ini sudah sejak setahun lalu dicanangkan Airbus. Ketika itu, Airbus menawarkan modifikasi kabin penumpang menjadi kargo untuk sementara bukan hanya pada keluarga pesawat A330, melainkan juga pada keluarga A350. Itu disebut sebagai Cabin Cargo Flexibility.
Porgram ini dikembangkan Airbus melalui type certificate tambahan bekerja sama dengan spesialis maintenance dan modifikasi Jerman, Lufthansa Technik. Airbus mengungkapkan, program yang disebut ‘Cargo in the Cabin’ ini akan tersedia untuk varian A330-200 dan -300.
“Di masa lalu lintas penumpang yang berkurang ini, pelanggan kami mencari solusi cepat untuk meningkatkan sementara kapasitas transportasi kargo di kabin,” kata kepala layanan badan pesawat Airbus, Daniel Wenninger, dikutip KabarPenumpang.com dari Flight Global.
Hilangnya seluruh kursi A330 dalam program tersebut berbalik menyediakan sekitar 78m3 volume kargo pada varian -200 dan sekitar 86m3 pada varian -300 yang notabene lebih besar. Hal itu memungkinkan 12 dan 15 PKC palet dimuat ke dalam kargo di kabin penumpang.
Sebetulnya, Airbus bisa dibilang telat menawarkan hal ini ke maskapai. Sebab, banyak perusahaan lainnya sudah memberikan solusi dan merealisasikannya sejak pertengahan tahun lalu. Pada Juli lalu, pesawat penumpang Boeing 737-700 Texel Air, dikonfigurasi ulang atau dikonversi oleh Pemco Conversions menjadi pesawat kargo.
Ketika itu, pesawat ditawarkan dalam tiga skema konfigurasi. Konfigurasi pertama, menawarkan payload atau muatan sebanyak 13,7 ton dengan enam posisi palet. Konfigurasi kedua, menawarkan 15,8 ton muatan dengan tujuh palet. Adapun terakhir, versi full full-freighter pesawat ditawarkan menampung 18,2 ton muatan. Masing-masing konfigurasi tersebut tetap menawarkan kabin penumpang dengan kapasitas 12 dan 24.
Pasca suksesnya konversi itu, dengan cepat, hal serupa juga ditiru oleh maskapai di seluruh dunia. Sebab, sebelumnya, maskapai kehabisan cara dan lebih memilih cara simple, memuat kargo di kabin penumpang tanpa mencopot kursi.
Baca juga: Tujuh Penerbangan Ini Tak Lazim Akibat Corona, Nomor 6 Paling Aneh!
Seluruh kargo diletakkan di atas kursi yang sebelumnya sudah diberi alas untuk mencegah kursi rusak. Kargo tersebut juga diberi lapisan pelindung juga agar tak merusak kursi.
Syarat untuk memuat kargo di kabin penumpang sendiri juga sangat ketat. Konfigurasinya harus seimbang dan tidak berat kiri atau kanan. Kargo juga harus dikaitkan agar tak bergerak selama penerbangan, utamanya saat pesawat lepas landas dan pesawat berada di posisi diagonal. Selain itu, kargo di kabin penumpang hanya boleh memuat barang-barang tertentu, mengingat kabin penumpang tidak didesain untuk kargo.