Aturan karantina super ketat oleh otoritas Hong Kong membuat operasional Cathay Pacific ambrol. Terbaru, jumlah penumpang maskapai, yang mengandalkan rute internasional dan tidak mempunyai pangsa pasar domestik ini, dikabarkan anjlok sampai 94 Persen sepanjang Maret 2021 dibanding Maret 2020.
Baca juga: Parah, Pilot dan Pramugari Cathay Pacific Kerja 5 Pekan Tanpa Libur!
Tidak hanya itu, dibanding Februari 2021, jumlah kapasitas kursi sepanjang Maret 2021 lalu juga jauh menurun hampir 50 persen. Rata-rata pesawat hanya mengangkut 598 penumpang per hari di bulan Maret, menurun dari rata-rata di bulan Februari mencapai 755 penumpang per hari.
Penurunan hampir terjadi di seluruh jaringan Cathay Pacific yang dulunya sangat perkasa. Kapasitas ke Amerika Utara turun 83,9 persen pada Maret 2021 dibandingkan dengan Maret sebelumnya. Kapasitas ke Eropa turun 95,8 persen. Kapasitas ke Pasifik Barat Daya turun 96,8 persen. Semua penerbangan ke Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah tetap ditangguhkan atau turun 100 persen.
Kapasitas ke Asia Tenggara Maret ini turun 89,5 persen dibandingkan Maret 2020. Kapasitas ke Asia Utara turun 77,9 persen. Kapasitas ke daratan Cina yang jadi andalan selama bertahun-tahun juga turun 39,9 persen.
Hal ini tentu sangat aneh dimana pandemi Covid-19 tidak separah tahun lalu dan vaksin sudah tersedia, namun, kapasitas kursi penumpang justru lebih parah dibanding ketika virus tersebut mulai merebak ke seluruh dunia.
“Bisnis penumpang kami terus menghadapi tantangan yang signifikan,” kata Cathay Pacific Group Chief Customer and Commercial Officer, Ronald Lam, dalam sebuah pernyataan. “Dengan persyaratan karantina kru yang diperketat di Hong Kong, kami hanya berhasil mempertahankan jadwal reguler pada Maret, mengoperasikan layanan penumpang hanya ke 18 tujuan,” lanjutnya, seperti dikutip dari Simple Flying.
Bila tak ada perubahan signifikan yang win-win solution dari otoritas, termasuk juga animo masyarakat dalam bepergian menggunakan pesawat, bukan tak mungkin Cathay Pacific akan mengalami periode yang jauh lebih menyakitkan dibanding tahun lalu, sekalipun tahun ini masih panjang dan segala kemungkinan masih dimungkinkan.
Tahun lalu, maskapai nasional Hong Kong ini tercatat mengalami kerugian sebesar US$2,8 miliar sepanjang 2020. Buntut dari itu, finasial Group Cathay pun loyo dan menyebabkan terjadinya gelombang PHK besar-besaran, pemotongan gaji, serta bangkrutnya anak perusahaan mereka, Cathay Dragon, yang baru diakuisisi pada 2016 dari semula Dragonair.
Sepinya penerbangan dan rendahnya okupansi atau load factor per penerbangan juga diperparah dengan kebijakan karantinan kru yang sangat ketat. Perusahaan mengatakan, kebijakan karantina kru yang sangat ketat memaksa mereka merogoh kocek setidaknya US$52 juta per bulan.
Baca juga: Bandara Hong Kong dan Heathrow, Dua Bandara Besar yang Terpuruk Pandemi
Belakangan, pilot dan pramugari Cathay Pacific dipaksa harus bekerja keras. Itu karena mereka dihadapi dengan jadwal baru yaitu kerja selama lima pekan tanpa libur. Tidak hanya itu, sepulang bekerja, mereka tidak diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing melainkan harus bermalam di Hotel Headland milik Cathay Pacific dan kembali bekerja esok hari.
Mulai 20 Februari 2021 lalu, otoritas Hong Kong telah menerapkan kebijakan karantina mandiri selama 14 hari untuk awak pesawat, baik itu pramugari maupun pilot. Saat memasuki hari ke-15, mereka tetap akan mendapat pengawasan penuh petugas selama tujuh hari.