Malaysia Airlines mulai mengintensifkan pelatihan pilot berbasis simulator. Hal itu untuk mencegah pilot grogi ketika kembali menerbangkan pesawat. Selain itu, memperbanyak pelatihan berbasis simulator dengan kacatama 3D juga membuat kemampuan teknis pilot lebih terjaga.
Baca juga: Curhat Pilot Senior Akibat Pandemi, Jam Terbang Rendah, Serba Lupa, dan Seperti Pertama Kali Terbang
Sebab begitu krusialnya posisi pilot sebagai salah satu penentu keselamatan dan keamanan penerbangan, pilot harus tetap terus ‘terbang’ sekalipun pada kenyataannya mereka berada di rumah atau mungkin sudah di PHK dan masih ingin melajutkan karir sebagai pilot.
Selain itu, pilot pesawat komersial juga perlu melakukan tiga kali take-off dan pendaratan di malam hari dalam 90 hari terakhir yang juga harus terus di-upgrade sebelu mulai mengangkut penumpang.
Di samping itu, pilot juga harus mengupgrade berbagai lisensinya, seperti lisensi kecakapan berkomunikasi, kemampuan evakuasi saat terjadi kebakaran, kemampuan bekerja secara tim antara pilot dan co-pilot, dan berbagai kemampuan lainnya, termasuk kemampuan untuk terbang baik di siang hari dan malam hari,
Karlene Petitt, seorang pilot Boeing 777 mengatakan bahwa di masa pandemi ini, pilot tak punya pilihan lain kecuali terus mengupgrade skill mereka. Bila tidak, pilot bisa saja lupa atau kehilangan ‘sentuhan’ mereka ketika mulai kembali mengudara.
Sentuhan secara teknis mungkin bisa disikapi dengan banyak membaca buku-buku teknis. Tetapi, kehilangan sentuhan non teknis atau mental, itu tidak bisa disikapi dengan hanya duduk membaca buku ataupun menonton rekamanan menerbangkan pesawat. Melainkan harus dilatih sekalipun lewat simulator. Hal itulah yang dikhawatirkan Malaysia Airlines terhadap para pilotnya.
“Keyakinan (untuk terbang) adalah masalah yang saat ini mempengaruhi penerbangan secara global. Itu keprihatinan yang telah disoroti dan dibahas di antara berbagai organisasi penerbangan,” kata kepala pelatihan pilot Malaysia Airlines Berhad (MAB), Kapten Andrew Poh, seperti dikutip dari The Star.
“Kami memastikan bahwa kami memiliki keterlibatan berkelanjutan dengan kru (kokpit) secara keseluruhan. Dan kami memastikan bahwa kami memperkuat prosedur rutin dengan menangani keterkinian melalui pelatihan simulator. Semua hal ini semakin menambah kepercayaan para awak pesawat untuk menjalankan tugasnya,” tambahnya.
Senada dengan Kapten Poh, Kapten Rohaizan Mohd Rashid dari tim kepelatihan MAB mengungkapkan, pihaknya saat ini sedang mengembangkan virtual reality training bukan hanya untuk pilot, melainkan juga pramugari.
Baca juga: Nasib Pilot Gegara Corona, Tetap Harus ‘Terbang’ Tanpa Dibayar
“Dengan peralatan yang sesuai termasuk kacamata 3D, mereka bisa membayangkan diri mereka di dalam pesawat, menyalakan tombol yang bereaksi secara interaktif terhadap apa yang mereka tekan,” katanya.
Malaysia tak lama lagi akan memulai program vaksinasi. Bila itu berjalan, industri penerbangan diprediksi akan lekas pulih. Hal itu tentu menjadi sebuah angin segar untuk maskapai penerbangan Negeri Jiran, termasuk Malaysia Airlines. Guna menyambut datangnya momentum itu, tak heran bila maskapai penerbangan nasional Malaysia tersebut mulai mempersiapkan diri.