Saban Hari Perempuan Internasional, ada saja kegiatan yang dilalukan secara unik, tak terkecuali di sektor transportasi udara. Maskapai menerbangkan pesawat dengan set-up kru keseluruhan perempuan juga sudah bukan hal baru. Namun, ada yang unik dari maskapai asal Uni Emirat Arab, dimana Etihad Airways pada 8 Maret lalu menerbangkan pesawat dengan kapten pilot wanita asal Indonesia.
Mengutip dari keterangan video dari YouTube Etihad Airways yang diposting pada 8 Maret 2021, disebutkan pesawat Boeing 787 Dreamliner dengan nomer penerbangan EY653, diawaki oleh Kapten Isma Kania Dewi, dan didampingi Kopilot Shareefa Al Bloushi. Etihad EY653 saat itu tinggal landas dari Abu Dhabi dengan tujuan Kairo, Mesir, sementara lamanya waktu penerbangan yaitu empat jam.
Kapten Isma Kania Dewi, adalah kelahiran 4 Oktober 1975 dan merupakan lulusan SMA Regina Pacis Bogor. Setelah lulus dari PLP Curug 1997, Isma lantas bergabung bersama Garuda Indonesia pada tahun 1998 dan berhasil menerbangkan Boeing 737 300-400-500 series, pesawat komersil pertamanya. Selepas itu, ia Kemudian hijrah ke Qatar Airways dan sekarang menjadi kapten pilot di Etihad Airwyas.
Sebelumnya, pada 8 Maret 2019, Air India hari mengoperasikan pesawatnya di 12 rute internasional dan 40 rute domestikanya dengan pilot dan awak kabin yang kesemuanya adalah perempuan. Ternyata penerbangan Air India sudah menghadirkan semua awak perempuan dimulai pada November 1985 ketika awak kokpit yang semuanya perempuan mengoperasikan penerbangan Persahabatan Fokker dari Kolkata ke Silchar. Masih dari India, Jet Airways juga berencana mengoperasikan empat penerbangan domestik dengan pilot dan awak kabin yang semuanya perempuan.
Di negara-negara Timur Tengah, pada umumnya peran wanita sangat terbatas. Arab Saudi, sebelum mulai terbuka di bawah komando Raja Salman, misalnya, perempuan bahkan tidak diperkenankan mengendarai mobil seorang diri tanpa didampingin oleh laki-laki, baik dari kalangan keluarga maupun suami.
Di Iran bahkan kondisinya lebih pelik, jangankan untuk berbuat lebih jauh, perempuan buka jilbab saja bisa dipidana. Singkatnya, hak-hak perempuan di Iran sangat terbatas. Oleh karenanya, ketika tiba-tiba perempuan di Iran berhasil mencatat sejarah di dunia penerbangan, tentu hal tersebut cukup mengejutkan sekaligus kabar baik bagi kehidupan para perempuan di sana.
Beberapa waktu lalu, untuk pertama kalinya di Iran, seorang kapten pilot wanita dan kopilot wanita berhasil menerbangakan pesawat dalam perjalanan pulang-pergi rute Teheran —Mashhad pada 14 Oktober 2019, yang menjadikan mereka sebagai wanita pertama yang mengemudikan sebuah penerbangan penumpang di Iran tanpa bantuan rekan-rekan pria.