Misteri hilangnya pesawat Boeing 777-200ER Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 terus menjadi buah bibir seantero dunia. Banyak teori mengiringi hilangnya pesawat, seperti pilot bunuh diri bersama para penumpang di tempat yang jauh dari daratan agar tak ditemukan dan selalu dikenang, ditembak, dibajak, dan lain sebagainya.
Baca juga: Empat Tahun Pasca Hilangnya MH370, Malaysian Airlines Rilis Laporan Investigasi
Terbaru, pesawat diduga kehabisan bahan bakar setelah terbang tanpa arah selama tujuh jam, sebelum akhirnya jatuh ke laut dengan kecepatan tinggi tanpa bisa dikendalikan pilot.
Dilansir thesun.ie, dugaan tersebut muncul setelah para ahli mempelajari puing spoiler diduga pesawat Boeing 777-200ER Malaysia AirlinesMH370 yang ditemukan di Afrika Selatan. Para ahli berpendapat, kerusakan yang terdapat pada puing spoiler tersebut mengindikasikan pesawat itu meluncur dengan kecepatan tinggi dalam kondisi kehabisan bahan bakar sebelum berakhir di laut.
Pesawat kehabisan bahan bakar karena terbang ke arah yang salah, entah itu karena disengaja atau tidak. Besar kemungkinan secara tidak sengaja. Barulah setelah tujuh jam, pilot baru sadar bahwa pesawat menuju rute yang salah dan sudah berada jauh di tengah lautan sehingga semuanya terlambat.
Ada pula dugaan bahwa pilot sudah mati atau setidaknya dalam kondisi tak sadarkan diri saat situasi genting ini berlansung. Tak disebutkan dengan jelas penyebab mengapa ia pingsan atau meninggal. Pesawat pun akhirnya meluncur dan menyelam bebas ke kedalaman sekitar 40.000 kaki dalam penyelaman hantu (ghost dive) tanpa adanya kontrol dari pilot.
Lagi-lagi, ini hanya teori, tanpa bisa dipastikan kebenarannya mengingat black box pesawat masih belum ditemukan.
Kendati sudah dilakukan berbagai cara untuk menemukan pesawat yang hilang pada 8 Maret 2014 tersebut dan belum berhasil, para peneliti secara independen terus coba mengungkap penyebab hilangnya MH370.
Pada akhir Januari lalu, seorang wartawan atau jurnalis investigas asal Perancis, Florence de Changy, dalam bukunya, The Disappearing Act: The Impossible Case Of MH370, mengklaim pesawat jatuh akibat terkena senjata laser, jet tempur, atau rudal. Pesawat terpaksa ditembak lantaran membawa muatan atau kargo terlarang. Tetapi, tak disebutkan dengan jelas muatan apa yang dimaksud.
Baca juga: Hipotesa Baru Misteri MH370: Kopilot Sempat Ambil Kendali Penuh dan Arahkan Pesawat Kembali ke Malaysia
Peneliti independen lainnya dari Amerika Serikat (AS), Victor Iannello, Bobby Ulich, Richard Godfrey, dan Andrew Banks, lebih berfokus pada dimana pesawat berada dan mengapa pencarian sepanjang tahun 2014-2018 oleh tim pancarian asal Australia dan lainnya tidak membuahkan hasil.
Hasil dari penelitian keempatnya menunjukkan bahwa jam-jam terakhir penerbangan berada di selatan di Samudera Hindia sepanjang E93.7875 ° bujur, yang cocok dengan lingkaran besar antara titik jalan BEDAX (sekitar 100 NM barat dari Banda Aceh, Sumatra) dan kutub selatan. POI diperkirakan terletak dekat dengan busur ke-7 di sekitar garis lintang S34.4 °. Jaraknya sekitar 1.800 km di sebelah barat Dunsborough, Australia Barat.”