Monday, November 25, 2024
HomeDaratKRL BN-Holec Pernah Beroperasi Sebagai "Prameks," Ternyata Sering Bermasalah

KRL BN-Holec Pernah Beroperasi Sebagai “Prameks,” Ternyata Sering Bermasalah

Mengingat kembali masa perjuangan Prambanan Ekspres (Prameks) yang kerap kali berganti kereta ketika beroperasi. Ada berbagai kereta seperti kereta rel diesel (KRD), rangkaian kereta yang ditarik lokomotif hingga kereta rel diesel elektrik (KRDE) pernah beroperasi menjadi Prambanan Ekspres.

Baca juga: KA Prameks (Prambanan Ekspres) Berhenti Operasi, Ini Dia Sejarahnya

Salah satu yang menarik dan digunakan sampai akhir adalah KRDE yang dikenal sebagai KRL BN-Holec. KRL BN-Holec merupakan kereta listrik non-AC buatan Indonesia yang bukan hanya melintas Yogyakarta menuju ke Kutoharjo tetapi ternyata juga pernah digunakan di lintas KRL Jabodetabek.

Dirangkum KabarPenumpang.com dari beberapa laman sumber, KRL BN-Holec diproduksi oleh PT INKA yang bekerja sama dengan La Brugeoise et Nivelles (BN)-Bombardier serta Brush HMA (HOLEC) Ridderkerk.NV. Pada masa beroperasinya, KRL yang satu ini seringkali bermasalah, meski begitu BN-Holec memiliki teknologi penggerak Variable Voltage Variable requency–Thyristor Gate Turn-Off (VVVF-GTO) serta penggerak traksi tipe: DMKT 52/24.

BN-Holec sendiri dibangun dalam tujuh generasi dengan pembuatan dimulai tahun 1994, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000 dan terakhir 2001. KRL BN-Holec dibangun setelah PT INKA mendapat pesanan KRL dari Departemen Perhubungan Indonesia. Dari awal beroperasi, KRL BN-Holec sudah menjadi kereta kelas ekonomi (KL3) meski sebagian rangkaian keluaran tahun 1994 ada yang dioperasikan sebagai kereta kelas bisnis.

Dari semua rangkaian KRL ekonomi yang ada, BN-Holec menjadi yang sulit dirawat karena selain masalah suku cadang yang langka, KRL ini sering mogok akibat kelebihan beban atau overload. Selain non-AC, KRL BN-Holec juga hadir dengan yang AC dan dioperasikan di lintas Jabodetabek. KRL yang juga diproduksi PT INKA ini merupakan refurbishment dari KRL BN-Holec non-AC.

Meskipun tidak lagi mengusung komponen dari BN-Bombardier dan Holec Ridderkerk, KRL ini tetap disebut sebagai KRL Holec AC. Karena beberapa masalah teknis, KRL ini dan KRL KfW sempat ditarik ke PT INKA untuk diperbaiki, tetapi untuk KRL BN-Holec AC, rangkaiannya sudah diletakkan di PT INKA layaknya KRL lain yang afkir di Stasiun Cikaum alias sudah diletakkan ditanah, bedanya hanya bogie yang masih terpasang disetiap rangkaiannya.

Untuk diketahui, KRL ini awalnya menggunakan warna biru pada livery dengan bagian bulat yang mengelilingi kaca depan dicat warna hitam. Pada KRL BN-Holec yang diproduksi kurang lebih tahun 1996 keatas, garis di bodi samping KRL sudah ada berwarna merah-putih-biru, yang menandakan bahwa KRL ini adalah kelas ekonomi (KL3).

Sejak KRL ini turun kelas menjadi kelas ekonomi (KL3), livery biru ini tetap dipertahankan namun dengan garis di bodi samping KRL berwarna merah-putih-biru pada seluruh armada KRL Holec yang ada. Terdapat logo Perumka di antara pintu kabin masinis dan pintu penumpang paling depan sejak awal hingga akhir KRL ini beroperasi, dan logo Kemenhub di bagian depan sampai perubahan livery menjadi merah-kuning.

Baca juga: Prambanan Ekspres, KRD Pertama yang Gunakan Aplikasi KAI Access untuk Pembelian Tiket

Pasca pemeliharaan akhir, wajah KRL dicat dengan warna orange dan bagian bulat yang mengelilingi kaca depan dicat warna putih. Garis di body samping KRL berwarna orange-kuning, agar semakin terlihat bahwa KRL ini adalah kelas ekonomi. Livery ini bertahan lama, dan ang merupakan livery terakhir hingga akhir masa dinasnya.

 

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru