Cuaca buruk atau hujan acap kali menyulitkan insan penerbangan bukan hanya di udara, melainkan juga di darat. Di udara, hujan disertai awan cumulonimbus bisa saja membuat pesawat mengalami kegagalan teknis dan berujung kecelakaan.
Baca juga: Punya Sederet Manfaat, Begini Cara Kerja Standing Water Detector Buatan ITS di Runway
Begitupun juga dengan di darat, hujan juga bisa menyebabkan genangan air di runway atau landasan pacu bandara dan dapat memicu terjadinya hydroplaning, sebuah kondisi pengereman yang tidak sempurna akibat selip ban dikarenakan adanya pemantulan pesawat dari permukaan landasan, dan memungkinkan terjadinya insiden, seperti overrun atau tergelincir ke luar landasan.
Di dunia, insiden pesawat tergelincir kerap kali terjadi di tengah hujan deras. Meskipun tak semua dari insiden pesawat tergelincir dipastikan karena hydroplaning, namun, tidak menutup kemungkinan kalau hydroplaning menjadi dalang dibalik semua itu.
Dalam sebuah penelitian oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember, hydroplaning atau biasa juga disebut aquaplaning (dunia otomotif juga mengenal dua istilah itu) sebetulnya bisa dihindari atau dicegah dengan berbagai cara, salah satunya tingkat kemiringan runway. Bila kemiringan runway sesuai standar, (biasanya sekitar dua persen, bergantung pada kondisi masing-masing bandara) air tidak akan banyak terlalu menggenang di runway dan pesawat pun bisa terhindari dari hydroplaning.
Namun, kemiringan juga tak boleh terlalu berlebih, kendati bisa menghindari menggenangnya air dengan maksimum, kemiringan berlebih pada runway tentu saja akan membahayakan proses pendaratan.
Selain itu, efek hydroplaning juga bisa dihindari dari perbandingan tekanan air di runway dengan ban pesawat. Disebutkan, ketika gaya angkat lapisan air per luas kontak ban dengan runway lebih besar dari tekanan ban pesawat, maka akan terjadi efek hydroplaning. Begitu pula ketika kecepatan pesawat lebih besar dari kecepatan hydroplaning, maka juga akan terjadi efek hydroplaning.
Dari sisi pilot, hydroplaning bisa dihindari dengan teknik pendaratan yang tepat, dalam hal ini teknik pendaratan hard landing atau pendaratan keras.
Hard landing, menjadi salah satu teknik pendaratan yang dianjurkan saat dalam kondisi hujan deras; termasuk landasan bersalju dan berpasir, dikarenakan mampu menghindari hilangnya gesekan antara ban dengan permukaan runway.
Baca juga: Hard Landing Vs Soft Landing, Mana Lebih Baik?
Sebab, bila gesekan antara keduanya hilang, maka pesawat akan mengalami hydroplaning dan menyebabkan proses pengereman menjadi sangat tidak maksimal. Singkatnya, dalam kondisi tersebut, hard landing berarti positive landing atau teknik pendaratan yang tepat.
Namun, hard landing tidak serta merta dilakukan begitu saja. Perlu didukung beberapa faktor, seperti ban tidak boleh dalam keadaan terlalu keras atau overload dan sebaliknya, tidak boleh pula terlalu kempes atau under-inflated. Selain itu, tentu saja pilot harus berpengalaman untuk melakukan teknik pendaratan tersebut dalam berbagai kondisi. Bila tidak, suatu hal buruk mungkin akan terjadi.