Tuesday, November 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanSistem Tiket di-Hack, Metro di San Francisco Terpaksa Gratiskan Perjalanan

Sistem Tiket di-Hack, Metro di San Francisco Terpaksa Gratiskan Perjalanan

Menyeruaknya pemberitaan mengenai virus Ransomware belakangan ini memang menyita banyak perhatian publik. Virus yang terkenal dengan latar belakang tindak pemerasan ini juga pernah mengancam dunia transportasi modern, dimana semua akses untuk menggunakan layanan transportasi sudah terintergasi komputerisasi. Adalah sarana transportasi darat di San Francisco yang datanya pernah “ditawan” oleh pihak hacker dan meminta tebusan untuk mengembalikan data-data tersebut.

San Francisco Municipal Transportation Agency (SFMTA), perusahaan penyedia jasa layanan transportasi yang pernah menjadi “tawanan” dari virus Ransomware. Akibat virus yang dikendalikan oleh hacker tersebut, sistem ticketing milik SFMTA tersebut tidak dapat berfungsi.

Baca Juga: Ransomware WannaCry, Virus Pemeras yang Turut Mengguncang Dunia Transportasi

Para pengguna jasa layanan transportasi yang tergabung dalam jaringan SFMTA dapat merasakan langsung imbas dari serangan malware tersebut. Tercatat, pada beberapa stasiun yang dioperasikan oleh SFMTA, sebuah pesan langsung dari hacker terpampang pada display komputer yang ada di stasiun-stasiun terkait. ”Anda dihack, semua data terenkripsi.” Tidak hanya sampai di situ, hacker tersebut juga meminta sejumlah uang tebusan untuk membebaskan data yang terenkripsi.

Tebusan yang diminta oleh hacker tersebut tidak sedikit, seperti yang KabarPenumpang.com kutip dari laman arstechnica.com (28/11/2016) silam, mencapai angka US$73.000 atau setara Rp988 juta. Berasarkan pada informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, ransomware ini merupakan jenis malware dari Mamba dan HDDCryptor yang juga dikenal sebagai salah satu generasi awal ransomware yang ditemukan oleh Morphus Labs dan sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang perangkat lunak asal Jepang, Trend Micro.

Sumber: extremetech.com

Malware ini memiliki kemampuan untuk mengenkripsi seluruh jaringan dan menggunakan perangkat yang disebut dengan nama DiskCryptor. Akibat adanya serangan virus ini, sistem ticketing tidak bisa berjalan dengan normal selama beberapa hari. Untungnya, para penumpang masih diperbolehkan untuk menggunakan jasa transportasi tersebut dengan cuma-cuma. Di sisi lain, mesin tiket memperlihatkan pesan out of order atau tiket yang tidak tersedia. Hal ini terjadi pada rentan waktu dua hari, yaitu antara tanggal 25 hingga 26 November 2016. Dapat dibayangkan jika salah satu tumpuan transportasi masyarakat San Francisco tersebut mengalami kelumpuhan, tentu saja akan menghambat aktifitas warga yang secara tidak langsung menjadi korban dari tindakan hacker tersebut.

Menanggapi serangan hacker tersebut, juru bicara SFMTA, Kirsten Holland menyebutkan serangan hacker tersebut sama sekali tidak mengganggu aktifitas perjalanan para penumpang bus dan Muni Metro. Ia juga menambahkan, perjalanan para penumpang tetap dinyatakan aman walaupun dengan sistem yang tengah mendapatkan serangan. “Kami akan tetap memprioritaskan pemulihan sistem, agar dapat kembali beroperasi secara normal,” tutur Kirsten.

Pihak SFMTA menolak untuk membeberkan penjelasan mengenai sistem yang kembali dapat dioperasikan. Terdapat dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, SFMTA memenuhi permintaan hacker dan mengirimkan uang sebesar Rp988 juta, atau mereka melakukan pemulihan dari data cadangan yang ada. “Ini bukan waktu yang tepat untuk memberikan rincian mengenai sistem yang sudah kembali normal saat ini,” bebernya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru