Generasi terbaru pesawat pertama di dunia yang ditenagai oleh sel bahan bakar hidrogen, Hy4, dengan kapasitas empat penumpang, sukses meluncur di Stuttgart, Jerman. Meski berhasil mencatat prestasi membanggakan, pesawat ini merupakan awal dari grand design untuk menciptakan pesawat sejenis berkapasitas 40 penumpang dengan jangkauan terbang sampai 2.000 km 10 tahun mendatang.
Baca juga: Avions Mauboussin Luncurkan Pesawat STOL Hibrida-Hidrogen Pertama di Dunia
Sejak berhasil menerbangankan pesawat hidrogen Hy4 Pipistrel pada 2016 lalu, para insinyur di University of Ulm dan German Aerospace Center (DLR) terus mendorong pengembangan sistem penggerak baru sampai akhirnya generasi keenam Hy4, pesawat sel bahan bakar hidrogen pertama di dunia berhasil terbang mulus.
Secara sederhana, pesawat sebetulnya ditenagai oleh listrik melalui alat elektrokimia sejenis baterai yang diproduksi dari bahan bakar hidrogen dan oksigen dari luar. Tenaga listrik itu kemudian disalurkan ke satu baling-baling yang berada di tengah. Bisa dibilang, Hy4 merupakan pesawat listrik yang didukung sel bahan bakar hidrogen.
“Sistem ini mencakup konsep redundansi untuk tangki hidrogen, sel bahan bakar, distribusi energi, dan penggerak listrik,” kata Profesor Josef Kallo, Direktur Institute for Energy Conversion and Storage University of Ulm, Jerman, seperti dikutip dari electrive.com.
https://www.youtube.com/watch?v=_7B9w-eto6Y
Sebelum sukses terbang perdana, proyek garapan bersama berbagai lembaga dan perusahaan seluruh dunia ini, seperti Airbus, Siemens, Pipistrel, Universitas Ulm, DLR, H2FLY GmbH, Diehl Aerospace, institutions Politecnica, TU Delft, University of Maribor, dan Cummins Canada, diuji di masing-masing laboratorium.
Komponen motor listrik dan unit distribusi energi pesawat sel bahan bakar Hy4, misalnya, dikembangkan dan diuji di laboratorium Institute for Energy Conversion and Storage University of Ulm. Disebutkan, motor listrik itu memiliki output 120 kW dan memungkinkan Hy4 melesat sampai 200 km per jam.
Desain keseluruhan sistem yang terdiri dari tangki hidrogen, sel bahan bakar, dan penggerak listrik, serta integrasinya di dalam pesawat, diuji dan menjadi tanggung jawab H2FLY GmbH. Begitu juga dengan data communications and control hardware, avionik, AI, pendanaan, kelistrikan, flight control, kokpit, landing gear, dan berbagai komponen lainnya, menjadi tanggung jawab berbagai lembaga dan perusahaan di atas.
Hingga kini, proyek pesawat bebas emisi atau bebas karbon dioksida yang didanai oleh NOW GmbH, Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Energi, serta Kementerian Transportasi dan Infrastruktur Digital; termasuk kucuran dana dari DLR, Bandara Stuttgart, dan Komisi Eropa ini telah melakukan 30 kali lepas landas untuk mencetak penerbangan selama 2 jam menggunakan sistem propulsi baru.
Baca juga: Inilah Tiga Konsep Pesawat Bertenaga Hidrogen Airbus, Beroperasi Penuh Mulai 2035
Meski demikian, sampai sekarang, belum ada kepastian kapan pesawat sel bahan bakar hidrogen dengan panjang 14,97 m ini bisa memenuhi target produksi sebanyak 19 unit. Yang pasti, pesawat nol emisi ini nantinya didapuk untuk tataran regional saja, bukan untuk jarak jauh.
Teknologi energi sel bahan bakar (fuel cell) berbahan bakar hidrogen atau sel bahan bakar hidrogen belakangan jadi salah satu alternatif energi terbarukan di transportasi udara. Hanya saja, berbagai kendala seperti teknologi di tangki bahan bakar dan sistem propulsi menjadi tantangan tersendiri untuk menjadikannya massif digunakan oleh pesawat komersial di seluruh dunia.