Di kabin pesawat maskapai full service , umumnya kursi penumpang dilengkapi dengan soket audio atau soket jack lebih dari satu; dua bahkan beberapa memiliki tiga soket, ketimbang satu soket yang ada pada pesawat-pesawat di era millennium. Mengapa demikian?
Baca juga: Air Canada Luncurkan Fitur baru IFE, Bisa Bagikan Film Terbaik ke Sosmed Saat di Udara
Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, agaknya kita harus menudur jauh ke belakang, terkait asal mula hadirnya inflight audio visual entertainment di pesawat.
Dikutip dari Simple Flying, soket audio mulai disematkan di pesawat sejak tahun 1960-an, seiring perluasan penerbangan komersial jarak jauh. Selain itu, maskapai juga mulai menghadirkan inflight audio and visual entertainment untuk pertama kali setahun setelahnya.
Saat itu, David Flexer, sang desainer ide tersebut (layanan inflight entertainment), mengungkapkan bahwa, “Perjalanan udara adalah moda transportasi yang paling maju sekaligus yang paling membosankan.” Tak heran bila pada akhirnya berbagai hiburan saat on board berusaha dihadirkan maskapai.
Pada inflight audio entertainment, maskapai sempat dibuat pusing dengan berbagai strategi hingga pada akhirnya dua soket audio (jack) jadi pilihan. Tak begitu jelas dasar maskapai memilih untuk menghadirkan dua soket audio.
Ada yang menyebut, alasan maskapai menghadirkan itu erat kaitannya dengan keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Jika maskapai menyediakan inflight audio entertainment gratis menggunakan soket dua pin, untuk memastikan headphone atau headset tidak berguna di luar penerbangan pesawat, hal itu akan mengurangi keinginan penumpang untuk membeli headset tersebut.
Headset di zaman itu tentu tak seperti sekarang yang bisa didapat dengan harga murah. Tentu, penjualan headset di setiap penerbangan akan sangat menguntungkan maskapai.
Pendapat lain menyebutkan, bila maskapai menyediakan headphone secara terpisah, penumpang tidak bisa menggunakan headphone soket pin tunggal. Dengan begitu, otomatis penumpang akan membeli headphone atau headset dengan soket dua pin milik maskapai atau paling tidak menggunakan adaptor.
Akan tetapi, terlepas dari alasan ekonomi, sebetulnya headset dua jack memiliki keunggulan tersendiri dibanding headset satu jack. Umumnya, bila headset satu jack tak berfungsi dengan baik, penumpang sama sekali tak bisa menikmati inflight audio entertainment.
Baca juga: Panasonic dan Emirates Hadirkan Teknologi Hiburan Tingkat Tinggi di Boeing 777-300ER
Lain halnya dengan headset dua jack. Bila headset mengalami kerusakan, penumpang masih bisa menikmati inflight audio entertainment sekalipun tak terlalu sempurna. Hal itu dimungkinkan dengan sistem suara pneumatik atau headset (headphone) pneumatik.
Headset yang dikembangkan oleh perusahaan AS, Avid technology, dan pertama kali dipasang pesawat TWA pada tahun 1963 (yang kala itu masih menggunakan Boeing 707 dan 727 sebelum akhirnya kedatangan 747), diketahui membutuhkan dua jack karena sinyal suara kiri dan kanan harus dikirim secara terpisah, tidak seperti sekarang yang menggunakan sistem audio elektrik sehingga hanya membutuhkan satu audio jack.