Hari ini dalam sejarah, yang bertepatan dengan 18 Oktober 1983, dua maskapai AS, Pan American World Airways (Pan Am) dan American Airlines sepakat barter atau tukar-menukar beberapa pesawat. Pan Am diketahui menyerahkan 15 McDonnell Douglas DC-10 sedangkan American Airlines memberikan 8 Boeing 747. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah ada dua maskapai penerbangan menyetujui barter pesawat.
Baca juga: Hari Ini, 111 Tahun Lalu, DELAG Maskapai Pertama di Dunia Asal Jerman Resmi Berdiri
Dilansir The New York Times, Jeffrey Kriendler, wakil presiden urusan publik Pan Am, mengatakan dalam sebuah wawancara pada 14 Oktober, bahwa “diskusi sedang berlangsung dan terus berlanjut” meskipun kedua maskapai belum mencapai kesepakatan.
Setelah sempat tarik ulur kepentingan selama beberapa hari dan sempat diisukan menemui jalan buntu, terhitung dari 14-18 Oktober, masing-masing maskapai akhirnya bersepakat menukar pesawat, dimana, menurut Kriendler, Pan Am menyerahkan 15 McDonnell Douglas DC-10 sedangkan American Airlines memberikan 8 Boeing 747.
Hans Plickert, analis maskapai penerbangan di E. F. Hutton, mengatakan transaksi (barter pesawat antar dua maskapai) “Pasti akan menjadi yang terbesar dari jenisnya.” Pertukaran pesawat di antara maskapai besar jarang terjadi. Mereka (maskapai) biasanya membeli pesawat baru untuk memodernisasi armada mereka.
Dengan adanya barter pesawat ini, Pan Am harus merelakan salah satu dari dua jenis pesawat trijet yang dimiliki dan menyisakan 12 pesawat trijet, Lockheed L-1011. Namun hal itu bagus untuk maskapai.
Pasalnya, selama ini, Pan Am kerap direpotkan (dipaksa keluar uang berlebih) dengan adanya dua jenis pesawat trijet itu terkait biaya perawatan serta melatih dan menjaga kemampuan pilot untuk menerbangankan kedua jenis pesawat. Nampaknya, inilah yang menjadi dasar Pan Am untuk mendapatkan pesawat yang dibutuhkan dengan jalan barter.
Pada Juli 1982, Pan Am memutuskan untuk menyederhanakan armadanya dengan menjual Lockheed L-1011 miliknya. Namun, maskapai kesulitan menemukan pembeli karena umumnya dunia juga kelebihan pasokan jet jumbo bekas. Ketika opsi barter DC-10 ke American Airlines muncul, menurut seorang pejabat industri, Pan Am memutuskan untuk memprioritaskan hal itu dan menahan rencana untuk menjual L-1011.
Plickert berujar, bahwa L-1011, yang dapat mengangkut 275 penumpang, menjadi pesawat yang ideal untuk rute Amerika Latin Pan Am, dimana traffic tengah menurun kala itu, sehingga membuat armada Boeing 747 Pan Am terlalu besar untuk rute itu. Queen of the Skies Boeing 747 diketahui dapat mengangkut hingga 450 penumpang per penerbangan.
Sebaliknya, Boeing 747, yang kala itu sudah ada 44 armada yang dimiliki Pan Am, sangat cocok untuk sebagian besar rute internasional jarak jauhnya. Dengan tambahan delapan pesawat, tentu maskapai dalam posisi yang lebih siap untuk menangani serbuan penumpang yang meningkat saat itu.
Pan Am sendiri sebetulnya tidak menginginkan DC-10. Namun, hal itu menjadi sebuah keniscayaan usai membeli National Airlines pada 1980 dan secara otomatis maskapai mendapat pesawat yang mampu mengangkut sebanyak 275 penumpang itu, mirip Lockheed L-1011 karena memang keduanya bersaing ketat.
Bak gayung bersambut, menurut Plickert, American Airlines sudah bertahun-tahun mengeluh bahwa Boeing 747 terlalu besar untuk strategi bisnis maskapai yang ingin membangun kembali jaringan domestik ke kota-kota penghubung di Amerika Serikat, sebuah strategi bisnis yang menjadikan frekuensi penerbangan sebagai fokus utama. Strategi bisnis seperti itu paling cocok dioperasikan dengan pesawat yang lebih kecil. Nampaknya inilah yang menjadi dasar maskapi menukar pesawat itu ke Pan Am.
Barter pesawat antar dua maskapai untuk pertama kalinya di dunia ini, bila diusut lebih dalam, sebetulnya merupakan hilir dari hubungan mesra dua maskapai yang sudah terjalin sejak lama. Sebelumnya, dalam koran The New York Times terbitan 21 Desember 1973, kedua maskapai dilaporkan juga sepakat untuk barter beberapa rute andalan masing-masing.