Boarding pass pesawat ditulis pakai tangan? Sepertinya untuk saat ini adalah kejadian tidak biasa dan langka. Belum lama ini seorang penumpang maskapai Wings Air dari Mamuju menuju ke Ujungpandang atau Makassar menerima boarding pass yang dituliskan tangan bukan dengan tinta print laser seperti biasanya.
Dalam boarding pass itu juga hanya tertulis nama penumpang, nomor kursi atau seat dan rute penerbangan. Bahkan tak terdapat barcode yang biasanya ada di boarding pass. Penumpang yang tak mau disebutkan namanya tersebut mengatakan, dalam penerbangan itu semua penumpang mendapatkan boarding pass dengan tulisan tangan.
Bila menurut pengamat penerbangan, Indra Setiawan, boarding pass yang ditulis dengan tangan tersebut pernah terjadi. Namun hal tersebut sangat beresiko, seperti bisa saja penumpang tak terdaftar pada manifest bila tidak disertai dengan tiket pemesanan yang dimiliki penumpang. Dia menyebutkan, dengan boarding pass ditulis tangan bila terjadi ‘apa-apa’ dan tidak sesuai manifest, maka maskapai tidak bisa bertanggung jawab.
“Kalau manifest hanya 80 tapi penumpangnya seratus, yang pilot tahu ya hanya 80 orang itu. Ini bisa jadi masalah,” jelas Indra kepada KabarPenumpang.com, Selasa (6/10/2020).
Kejadian ini mengingatkan pada seorang YouTuber yang mendapat menu makanan dengan tulisan tangan. Menu ini didapat Rius Vernandes dan Elwi dalam perjalanan dari Sydney – Denpasar – Jakarta.
Rius saat itu diketahui duduk di kelas bisnis Garuda Indonesia. Menu yang didapatnya dikatakan Rius, pramugari sempat mengaku minta maaf karena kartu menu yang biasanya digunakan tengah dalam proses pencetakan.
Baca juga: Jadi Viral, Menu Kelas Bisnis Ditulis Tangan, Garuda Indonesia Minta Maaf Pada Vloger
Namun ternyata, kejadian boarding pass ditulis tangan tak hanya terjadi pada maskapai Indonesia, pada 2016 lalu, seorang pelancong Malaysia yang bepergian dengan Rayani Air juga merasakan hal yang sama. Dalam selembar kertas dengan logo Rayani Air tertulis waktu dan rute penerbangan tetapi tidak terlalu jelas yakni dari Kuala Lumpur menuju Kuching pada 18 Maret 2016.