Dewan Transportasi Halifax di Kanada telah menyetujui rekomendasi untuk mewujudkan industri taksi lebih aman bagi penumpang dan pengemudinya, berdasarkan laporan yang diterima dari beberapa staf di dalamnya. Pemerintah kota Halifax mengatakan ada banyak tuduhan terkait pelecehan seksual yang melibatkan pengemudi taksi pada rentan tahun 2012 hingga 2016. Beberapa perusahaan taksi lokal telah mengumumkan langkah-langkah keselamatan baru setelah terkuaknya kasus yang melibatkan seorang mantan pengemudi taksi yang mecoba untuk melecehkan penumpangnya.
Baca juga: Tangkal Pelecehan Seksual, Taksi dan Ojek Perempuan Bisa Jadi Solusi
Salah satu yang menjadi pokok pikiran setelah insiden 2016 adalah kurangnya tindakan tegas dari aparat keamanan. Penerapan stiker yang berisikan nomor lisensi sekarang telah menjadi suatu standar dan mau tidak mau para pengemudi harus mematuhi aturan baru tersebut. “Kami meminta mereka untuk mengikuti aturan ini, sehingga kami dapat memastikan para pengemudi berada di mobil masing-masing, dan mengikuti aturan sesuai dengan standar yang berlaku,” ungkap Kevin Hindle, koordinator Halifax untuk standar lisensi, seperti yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman cbc.ca, Kamis (27/4/2017).
Sebuah pamflet yang berisikan tips untuk keselamatan penumpang telah disebar di pusat layanan pelanggan, kantor polisi dan di beberapa titik lain. Pamflet-pamflet ini nantinya juga akan ditempatkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi pada musim gugur. Selain himbauan-hiimbauan tersebut, terdapat juga sejumlah masukan yang mungkin dipertimbangkan untuk meningkatkan keamanan taksi, diantaranya adalah sistem perekaman video/audio di dalam taksi, alat pelacak, real-time GPS, batas penghalang penumpang ke kursi depan, In-car shields, serta tombol alarm darurat. Kevin mengatakan bahwa Ia tidak menganggap gagasan itu harus dipertimbangkan sampai para ahli melakukan beberapa peninjauan.
“Yang terakhir diterapkan di industri taksi pada tahun 1994,” tambahnya. Perlu beberapa waktu untuk menyelesaikan tinjauan semacam itu, terutama setelah melibatkan seorang konsultan. Tim Outhit, ketua dewan transportasi mengatakan, bahwa Ia tidak ingin masalah ini dibiarkan mengerak terlalu lama. “Saya berharap masalah seperti ini cepat menemukan jalan keluar,” tuturnya. Lebih lanjut, ia mengatakan strategi pemasangan stiker ini diharapkan dapat memberikan solusi, namun jika masalah tersebut masih terulang, tentu saja Dewan Transportasi akan menempuh jalan yang lebih tegas. Baik rekomendasi untuk stiker wajib dan permintaan untuk pemasangan alat keamanan yang sudah disebutkan di atas memerlukan persetujuan dari pihak yang bersangkutan.
Tentunya, tindakan pencegahan pelecehan di taksi harus diterapkan di seluruh dunia. Bukan sebuah rahasia jika nama taksi sudah semakin tercoreng dengan beberapa oknum yang berusaha untuk melakukan pelecehan tersebut. Sebut saja pada tahun 2016 silam di Cina, dimana seorang remaja 14 tahun diperlakukan secara tidak sopan oleh pengemudi taksi yang ia tumpangi. Untungnya, kejadian tidak mengenakkan tersebut sempat diabadikan dan disebarkan ke media sosial We Chat.
Melihat anaknya mendapat perlakuan tidak senonoh melalui media sosial We Chat, sang ibu lalu memaki dan melaporkan pengemudi nakal tersebut ke kantor tempatnya bekerja. Tak butuh waktu lama, pengemudi tersebut diberhentikan secara tidak hormat dari kantornya. Hal-hal semacam ini yang patut digaris bawahi dan mendapat perhatian serius dari perusahaan penyedia layanan jasa, agar mendapatkan kembali kepercayaan dari para penumpangnya.