Pasca Perang Dunia II berakhir, dunia berlomba membuat pesawat sipil komuter, baik untuk kebutuhan dalam maupun luar negeri. Inggris bahkan sampai harus membentuk Komite Brabazon pada tahun 1942 untuk menganalisis kebutuhan masa depan pasar pesawat sipil Inggris setelah Perang Dunia II. Selama masa baktinya, komite tersebut turut mensukseskan kehadiran pesawat turboprop pertama di dunia, Vickers Viscount.
Baca juga: Vickers Viscount, Pesawat Turboprop Pertama di Dunia
Dilansir travelupdate.com, kehadiran pesawat besutan Vickers-Armstrongs ini dinilai mampu mengubah tren penerbangan global saat itu. Menurut sebuah buku terbitan Australia, Vickers Viscount mampu menghadirkan apa yang disebut “Viscount Jump”, yakni sebuah perubahan besar dimana penumpang merasakan kenyamanan lebih selama di pesawat. Turunan dari itu, rute-rute regional di seluruh dunia -ada lebih 40 negara di dunia yang mengoperasikan keluarga Vickers- menjadi semakin ramai penumpang.
Vickers Viscount sukses menggebrak pasar regional setelah pada 18 April 1953, Vickers Viscount BEA dengan nomor registrasi G-AMNY mulai masuk ke dalam layanan dengan menempuh rute London-Siprus. Momen itu pun mengukuhkanya sebagai layanan berjadwal turboprop pertama di dunia.
Dalam rentang 1948 -1963, sebanyak 445 Vickers Viscount diproduksi. Dengan jumlah tersebut, Vickers Viscount menjadi pesawat pertama yang sukses dan menguntungkan setelah Perang Dunia II. Pelanggan terbesar tentu datang dari maskapai domestik sebanyak 77 unit. Sisanya, tersebar di 40 negara melalui lebih dari 60 operator. Umumnya, Eropa dan Amerika Utara masih menjadi pasar terbesar Vickers Viscount. Di negara-negara pengguna, Vickers Viscount didapuk menjadi pesawat komuter domestik andalan, pengganti Douglas Dakota DC-3 yang dinilai telah usang.
Tak mau larut dalam hegemoni, Vickers-Armstrongs mengembangkan Vickers Viscount. Dikutip dari baesystems.com, Vickers Vanguard dan berhasil terbang perdana pada 20 Januari 1959. Berbeda dengan pendahulunya, Vickers Vanguard mampu mengangkut hingga 139 penumpang; jauh lebih banyak. Tak hanya itu, pesawat juga mampu melaju sampai 684 km per jam lewat mesin baru turboprop Rolls-Royce Tyne.
Hanya saja, dari segi ketinggian dan jangkauan terbang, Vickers Vanguard tak lebih mapan dari saudara kandungnya, dengan hanya mencapai ketinggian 4,600 m dan range 2,950 km. Hal itulah jawaban mengapa jenis kedua dari keluarga Vickers ini hanya diproduksi sebanyak 44 unit (selain memang era turboprop sudah usai dan digantikan oleh mesin jet), jauh dibanding Vickers Viscount yang mencapai 445 unit di 40 negara.
Namun demikian, kapasitas menjadi andalan Vickers Vanguard yang bisa dimanfaatkan oleh puluhan operator di sembilan negara dan menjadikan pesawat sebagai komuter andalan, salah satunya Indonesia.
Di Indonesia, ada tiga operator pengguna Vickers Vanguard, mulai dari Airfast Service, Angkasa Civil Air Transport, dan Merpati Nusantara Airlines (MNA). Ketiga maskapai tersebut seluruhnya menikmati masa-masa kejayaan bersama Vickers Vanguard, khususnya MNA.
Dilansir majalah Angkasa No. 1 Tahun 1972, sebagaimana dikutip dari aviahistoria.com, MNA bahkan mengoperasikan Vickers Vanguard sampai tiga kali dalam sepekan untuk penerbangan Jakarta-Medan. Cukup banyak untuk ukuran saat itu. Kemudian, MNA juga menjadikan Vickers Vanguard sebagai pesawat komuter domestik andalan.
Di samping cerita baik, sepak terjang Vickers Vanguard selama berkarir di Indonesia juga punya cerita buruk. Salah satu yang lekat dalam ingatan ialah insiden kecelakaan Vickers Vanguard di Samudera Hindia.
Baca juga: Minta Tebusan Rp20Juta dan Parasut, Inilah Kronologi Pembajakan Pesawat Pertama di Indonesia
Kala itu, 10 November 1971, Vickers Vanguard MNA, dengan nomor registrasi PK-MVS, jatuh di Samudera Hindia, tepatnya di lepas pantai Padang, Sumatera Barat. Pesawat diketahui jatuh akibat cuaca buruk, tak lama setelah melaporkan masalah ke ATC. Sebanyak 69 orang, terdiri dari penumpang dan kru, tewas.
Tak cukup sampai di situ, setahun berselang, pembajakan pesawat pertama di Indonesia terjadi dan melibatkan Vickers Vanguard. Pada 15 April 1972, MNA dengan nomor penerbangan MZ-171 rute Manado–Makassar–Surabaya–Jakarta ini dibajak dan dipaksa mendarat di Bandara Adisucipto, Yogyakarta. Pembajakan dilakukan oleh seorang desertir KKO (Korps Marinir) TNI AL yang bernama Hermawan Hardjanto.