Pada umumnya, pesawat komersial yang beredar di dunia dilengkapi dengan dua (twin jet), tiga (trijet), dan empat mesin (quad jet). Jarang sekali, sebuah pesawat komersial terbang dengan hanya satu mesin pesawat dedicated atau yang dari segi desain dilengkapi dengan satu mesin saja. Mengapa demikian?
Baca juga: Mengapa Pesawat Tri-Jet Tidak Se-Populer Twin-Jet dan Quad-Jet? Berikut Ulasannya
Faktor keselamatan tentu menjadi alasan utama. Namun, bila dilihat dari sektor lain, seperti militer, penggunaan satu mesin justru cukup populer. Lihat saja pesawat tempur buatan seluruh dunia, Amerika Serikat, Rusia, Perancis, hingga Cina, seluruhnya menggunakan satu mesin jet saja. Tetapi, sebagai bagian dari faktor safety, ketika pesawat mengalami kegagalan mesin, pilot dan kru akan tetap memiliki peluang selamat berkat fitur kursi lontar.
Dikutip dari Simple Flying, sebetulnya, pesawat jet sipil dengan mesin tunggal pertama di dunia, Cirrus Vision SF5, tidak memiliki fitur kursi lontar. Nyatanya, mereka tetap diizinkan beroperasi dengan jarak terbatas berkat fitur pengganti kursi lontar, berupa parasut yang menopang badan pesawat bila sewaktu-waktu pesawat mengalami kegagalan mesin.
Terlepas dari faktor safety, pesawat yang mulai kembali terbang pada 2016 lalu itu, diklaim mampu mengangkut sebanyak tujuh penumpang hingga 1.100 km dengan kecepatan maksimum mencapai 560 km per jam. Namun, tetap saja, kemampuan tersebut (batas kecepatan maksimum) masih setengah dari kecepatan maksimum pesawat komersial pada umumnya.
Dari segi desain, penggunaan mesin tunggal, dipastikan sangat tidak efisien. Sebab, mau tak mau, mesin harus berada tepat di atas pesawat dan berhimpitan dengan vertical stabilizer. Untuk menjaga jarak aman, pastinya antara posisi mesin dengan kabin dalam pesawat harus dikosongkan atau nyawa penumpang menjadi taruhannya.
Dari sini saja, penggunaan single jet sudah tak menarik maskapai yang menginginkan pemanfaatan ruang kabin secara maksimum. Belum lagi masalah tingkat kebisingan, safety, serta kenyamanan penumpang, tentu di era seperti sekarang ini, single jet atau satu mesin sangat tidak cocok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan penumpang.
Terakhir, meskipun biaya pengembangan dan operasional pesawat single jet jauh lebih murah ketimbang twin, tri, ataupun quad jet, namun, tetap saja, pesawat tidak akan lolos sertifikasi xtended-range Twin-engine Operational Performance Standards atau yang biasa disingkat ETOPS oleh regulator dunia, utamanya Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA) dan Regulator Penerbangan Sipil AS (FAA).
Baca juga: ETOPS – Sertifikasi Darurat Pesawat Twin Engine Agar Layak Mengudara dengan Satu Mesin
ETOPS sendiri adalah kemampuan pesawat untuk beroperasi di luar keadaan normal. Singkatnya, bila pesawat memiliki dua mesin, ia harus diujicoba dalam penerbangan dengan menggunakan satu mesin saja. Hal itu dilakukan agar ketika pesawat mengalami kegagalan mesin di salah satunya, pesawat tetap bisa terbang untuk melakukan pendaratan darurat dengan mesin lainnya.
Dengan kemampuan dan ketangguhan mesin yang semakin berkembang, twin jet masih terbukti mampu melahap penerbangan berjam-jam dengan hanya mengoperasikan satu mesin. Sebagai salh satu bukti, pada Februari tahun lalu, A330-900 pernah menjalani sertifikasi ETOPS dengan mencatat waktu 4 jam 45 menit dengan hanya satu mesin.