Belum lama ini, pemerintah Perancis meluncurkan “Plan Aero” sebagai roadmap kedirgantaraan negara di masa mendatang. Salah satu target ambisius Plan Aero adalah memulai penerbangan ramah lingkungan sesegera mungkin.
Baca juga: Kejar Target Produksi Pesawat Tanpa Emisi di 2035, Airbus Pertimbangkan Penggunaan Hidrogen
Guna memuluskan langkah tersebut, pemerintah Perancis yang mengucurkan dana sebesar 1,5 miliar euro pada pertengahan Juni lalu. Begitu juga dengan Airbus dan beberapa perusahaan dirgantara seperti Dassault Aviation, Thales, serta Safran yang mengucurkan dana masing-masing sebesar 200 juta euro.
Hasil pendanaan itu disebut akan digunakan untuk mengejar target realisasi pesawat netral karbon, A320, pada 2035 mendatang. Ada dua pilihan bahan bakar ramah lingkungan, biofuel dan hidrogen.
Tak hanya itu, Pemerintah Perancis juga ingin melihat pesawat-pesawat Airbus sudah ditenagai oleh bahan bakar ramah lingkungan, baik itu listrik maupun hidrogen pada 2030 yang didapuk lebih hemat hingga 40 persen. Pun demikian dengan Airbus Helicopters yang ditargetkan lebih awal (memproduksi helikoper ramah lingkungan) pada 2029.
Merespon target tersebut, Airbus Helicopters akan mulai melakukan pengembangan lewat salah satu helikopter terlaris mereka, H125 light-single.
Namun, alih-alih mengikuti arahan pemerintah, membuat produk bertenaga listrik ataupun hidrogen, pabrikan itu malah tetap mempertahankan teknologi konvensional. Tetapi, tujuan mencapai tingkat penghematan hingga 40 persen tetap dikejar dengan konsep “techno-bricks” yang sama sekali tak ada hubungannya dengan listrik.
Tomasz Krysinski, kepala inovasi dan riset Airbus Helicopters, mengatakan konsep “techno-bricks” cocok untuk mengantarkan target efisiensi helikopter hingga 40 persen, ketimbang membekalinya (helikopter) dengan tenaga listrik yang dinilainya masih belum mumpuni.
Konsep “techno-bricks” di sini berfokus pada tiga hal, peningkatan aerodinamis -baik rotor dan badan pesawat; pengurangan massa atau bobot helikopter -melalui teknik dan komponen baru helikopter; serta perbaikan pada siklus termodinamika mesin turbin gas.
Baca juga: Airbus Helicopters UK dan Universitas Cranfield Inggris Uji Sistem Pemantau Rotor Real Time
“Kami benar-benar membutuhkan kebutuhan energi (pesawat) serendah mungkin; mengurangi gaya drag hingga 30 persen, misalnya,” kata Tomasz Krysinski, seperti dikutip dari Flight Global.
Krysinski melanjutkan, saat ini proses pengujian “techno-bricks” masih berlangsung. Oleh sebab itu, peluncuran resmi program pengganti atau suksesor helikopter H125 masih menggantung di langit. Sampai proses tersebut mengalami titik terang, suksesor H125 akan terus menjadi rahasia, entah dengan tetap mempertahankan konsep “techno-bricks” atau mau tak mau harus beralih ke listrik ataupun hidrogen, meskipun dengan konsekuensi perubahan total.