Raksasa dirgantara asal Eropa, Airbus, dikabarkan tengah menimbang-nimbang penggunaan hidrogen di masa mendatang. Maklum, perusahaan gabungan beberapa negara Eropa itu sudah sejak beberapa tahun lalu menyatakan komitmennya untuk membuat pesawat lebih hijau atau tanpa emisi pada 2035 mendatang.
Baca juga: Lima Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil Pesawat di Masa Depan, Nomor Dua Aneh!
Inisiatif Airbus untuk menggunakan hidrogen sebagai sumber energi terbarukan pada 2035 nanti muncul setelah Komisi Eropa (UE) menerbitkan Hydrogen Strategy and Roadmap pada Rabu lalu. CEO Airbus, Guillaume Faury, menyebut pihaknya sangat antusias atas hal itu. Ia juga percaya, di masa mendatang hidrogen bisa menjadi salah satu solusi terbaik untuk mengembangkan penerbangan yang berkelanjutan.
“Hidrogen adalah salah satu teknologi paling menjanjikan yang tersedia untuk membantu kami mencapai penerbangan tanpa emisi pada tahun 2035. Kami menyambut Hydrogen Strategy and Roadmap UE, yang memungkinkan kami memenuhi ambisi itu,” jelasnya.
Dikutip dari euractiv.com, tenaga hidrogen pada pesawat memiliki beberapa keunggulan dibandingkan energi listrik, terutama rasio daya terhadap bobot total pesawat. Sebuah studi yang didukung oleh UE menyimpulkan, hidrogen, yang selama ini diragukan, justru dianggap memiliki potensi cukup besar untuk mewujudkan penerbangan bebas polusi atau dekarbonisasi.
Meskipun demikian, belum lama ini, studi yang sama memperingatkan bahwa bila pilihan jatuh pada hidrogen (sebagai andalan pesawat tanpa emisi), biayanya akan sangat mahal, mengingat pesawat harus didesain ulang untuk membuat tangki bahan bakar yang lebih besar atau tetap dengan desain yang ada namun terbatas untuk operasional jarak pendek. Belum lagi teknologi lain yang harus menyesuaikan, pasti akan membuat biaya produksi membengkak.
Sebelum wacana untuk mengandalkan hidrogen dalam mewujudkan proyek penerbangan tanpa emisi pada 2035 mencuat, ilmuan selama ini fokus pada lima energi dan hidrogen tak masuk di dalamnya. Lima itu adalah, listrik, tembakau, sampah, dan gula, nuklir, black bag waste, serta limbah kayu.
Dengan diterbitkannya roadmap hidrogen oleh Komisi Eropa ini, sebetulnya bisa dibilang melengkapi sekaligus meluruskan beberapa langkah yang sudah diambil Airbus dan pemerintah Perancis. Pada pertengahan Juni lalu, Airbus bersama perusahaan dirgantara seperti Dassault Aviation, Thales, dan Safran telah mengucurkan dana masing-masing sebesar 200 juta euro. Begitu juga dengan pemerintah Perancis yang mengucurkan dana sebesar 1,5 miliar euro.
Hasil pendanaan itu disebut akan digunakan untuk mengejar target realisasi pesawat netral karbon, A320, pada 2035 mendatang. Pilihan untuk itu ada dua pilihan, biofuel dan hidrogen. Tak hanya itu, pemerintah Perancis juga ingin melihat pesawat-pesawat Airbus sudah ditenagai oleh bahan bakar ramah lingkungan, baik itu listrik maupun hidrogen pada 2030. Pun demikian dengan helikopter yang ditargetkan lebih awal pada 2029.
Baca juga: Perangi Polusi, Australia Selatan Manfaatkan Energi Terbarukan dari Hidrogen
Sebelum wabah Covid-19 melanda dunia, Airbus sebetulnya telah memulai proyek energi terbarukan pada April lalu, dengan membuat prototipe jet bermesin listrik hybrid. Sayangnya, proyek yang digarap bersama Rolls-Royce itu akhirnya harus kandas sejenak tanpa ada kejelasan kapan akan dimulai kembali.
Sebagai informasi, saat ini, perjalanan udara disinyalir menyumbang antara 2-3% dari emisi karbon dunia, tetapi persentase untuk itu setara dengan 4,5 miliar perjalanan penumpang, pergerakan 64 juta metrik ton kargo dan sepertiga dari perdagangan global dunia. Di samping itu, penerbangan juga menopang 65 juta pekerjaan.