Kompetisi Airbus dan Boeing bukan hanya terletak pada persentase penjualan semata, melainkan juga pada teknologi di kedua pesawat keluaran masing-masing. Teknologi pulalah yang mengantarkan keduanya menuju persaingan tak kenal lelah jika tak ingin disebut duopoli abadi.
Baca juga: 4 Poin Head to Head Boeing vs Airbus, Mana Lebih Unggul?
Terbukti, produsen pesawat di luar Airbus dan Boeing, seperti Bombardier, Embraer, Ilyushin, dan COMAC, keempatnya masih mengekor ke Boeing dan Airbus, bukan menciptakan teknologi baru. Selama produsen pesawat di luar Airbus dan Boeing tak mengambil langkah lain dengan menciptakan terobosan teknologi pada pesawat, sukar dipercaya bahwa mereka akan benar-benar menyaingi Eropa (Airbus) dan AS (Boeing) di masa mendatang.
Sebelum tahun 1985, seluruh pesawat masih menggunakan yoke sebagai setir (kemudi). Sebelum tahun itu pula, praktis persaingan produsen pesawat global masih dikuasai sepenuhnya oleh Boeing. Setelah tahun 1985, dimana Airbus meluncurkan A320 yang dilengkapi teknologi side stick dan fly-by-wire, menggantikan kontrol penerbangan manual dengan kontrol berbasis komputer, barulah era baru persaingan produsen pesawat, khususnya di pasar narrowbody, dimulai.
Simple Flying mencatat, sebetulnya alasan utama Airbus untuk mengubah kokpit dengan penggunaan side stick lebih ke alasan psikologis. Produsen pesawat asal Eropa itu tak mau terus menerus berada di bawah bayang-bayang Boeing sebagai pelopor yoke. Hal itulah yang akhirnya mendorong Airbus memperkenalkan side stick bersamaan dengan teknologi lainnya. Sekedar ingin membuat perbedaan mencolok di antara keduanya.
Meski demikian, menengok sejarah, side stick rupanya bukan barang baru bagi Boeing. Sejak tahun 1967, Boeing sebetulnya pernah mempertimbangkan penggunaan side stick di pesawat-pesawat barunya, dengan 737 pertama sebagai test case-nya. Namun, kekhawatiran berlebih Boeing akan penggunaan side stick terhadap desain kokpit secara keseluruhan membuat perusahaan urung melakukannya.
Pada akhirnya, mereka tetap mempertahankan penggunaan yoke sambil terus memperkenalkan terobosan teknologi lainnya di kokpit. Terlebih, fakta juga menunjukkan bahwa Boeing masih sukses merajai pasar-pasar pesawat narrowbody dan widebody melalui Boeing 737 dan 747.
Belum lagi kehadiran 777 dengan sentuhan teknologi modern yang dimiliki pesawat keluaran Boeing lainnya. Bahkan, hingga kini, Boeing tetap mempertahankan penggunaan yoke; termasuk pesawat terbaru mereka, Boeing 777X. Sepertinya, memang sudah paten tersendiri dan aib bila salah satu dari keduanya menyadur teknologi kompetitor mereka itu.
Keduanya pun sama-sama mempunyai alasan ilmiah dan logis atas penggunaan yoke dan side stick. Airbus beralasan, kehadiran side stick diklaim memberikan pengalaman terbang jauh lebih mewah (secara desain) dan nyaman (secara penggunaan), dengan satu tangan tetap memberikan kontrol penuh ke pesawat dan satu tangan lainnya bebas berinteraksi mengoperasikan panel-panel di kokpit. Side stick juga diklaim mendorong lebih banyak inovasi desain kokpit yang lebih beragam.
Adapun Boeing, raksasa dirgantara dunia itu mengklaim yoke adalah ruh sejati yang melekat dengan pesawat. Jadi, posisinya tak bisa digantikan. Selain itu, Boeing juga mengklaim, yoke mampu membantu pilot mengoperasikan pesawat dengan lebih siap saat menghadapi kondisi darurat, mempertahankan keterampilan terbang, dan koordinasi umum antara pilot dan co-pilot.
Terlepas dari kedua alasan Boeing dan Airbus, nyatanya, terobosan di kokpit dari keduanya itu pernah mendapat sorotan tajam. Airbus disorot dan banyak dikritik atas penggunaan side stick setelah pesawat Airbus A330 milik Air France dengan nomor penerbangan 447 jatuh di Atlantik. Hasil penyelidikan menyebut, kedua awak kokpit kedapatan menggunakan side stick bersamaan dan saling membatalkan tindakan satu sama lain.
Baca juga: Apa Sih Perbedaan Antara Boeing dan Airbus Dimata Seorang Pilot?
Pesawat diketahui mengalami stall dan akhrinya crash. Itulah alasan kelemahan side stick dan tentu saja kelebihan yoke karena saat dalam kondisi tersebut, yoke memungkinkan one man show agar tak terjadi perbedaan tindakan yang justru berlawanan antara pilot dan co-pilot.
Boeing pun juga tak lepas dari sorotan. Pasca kecelakaan 737 MAX, Boeing disorot karena minim teknologi keselamatan baru. Pesawat yang kemarin baru menyelesaikan proses sertifikasi ulang tersebut faktanya masih menggunakan kontrol utama berbasis manual dan tak menerapkan teknologi fly-by-wire dan dinilai ketinggalan zaman. Jika sudah begini, menurut Anda, mana lebih baik, yoke ala Boeing atau side stick ala Airbus?