Sebagian orang mungkin mengenal pesawat komersial berkat berbagai teknologi canggih, seperti autopilot, fly by wire, sistem hiburan dalam kabin, filter udara HEPA, teknologi pencegah turbulensi, teknologi radar, efisiensi bahan bakar, teknologi pengganti bahan bakar fosil, mesin, evacuation slide, dan berbagai teknologi lainnya.
Baca juga: Pernah Dengar “Evacuation Slide” di Pesawat? Jika Belum Simak Penjelasan Berikut
Namun, di balik semua itu, pesawat rupanya mempunyai fitur-fitur lain yang juga cukup bermanfaat melindungi penumpang, sekalipun fungsinya tak se-vital berbagai fitur yang disebutkan di atas. Di antaranya ialah rain gutter.
Rain gutter atau talang air pada pesawat sebetulnya memiliki fungsi yang sama dengan rain gutter di mobil dan kendaraan lain; sama-sama mencegah air agar tak masuk ke dalam kabin. Hanya saja, mungkin perbedaanya terletak pada bentuk dari rain gutter itu sendiri selain rain gutter di mobil masih berpotensi menjatuhkan sisa-sisa air yang bergelayut hingga mengenai seseorang.
Bila talang air di mobil bentuknya cukup kentara dan berbeda dengan komponen lain di sekitarnya, maka tidak demikian dengan pesawat. Rain gutter di pesawat bisa dibilang cukup samar. Bahkan, bila tak cukup teliti, bisa jadi seseorang akan mengira bahwa rain gutter tak lebih dari sekedar list atau stripping di mobil yang berfungsi di tataran art atau seni.
Dilansir dari airliners.net, talang air pesawat terletak di atas pintu, berbentuk garis lurus dengan kemiringan sekitar lima derajat. Selain memiliki fungsi mencegah air masuk langsung ke dalam kabin, mengingat pintu sedikit lebih ke dalam dibanding permukaan badan pesawat, rain gutter juga berfungsi untuk mencegah sisa air hujan yang masih tertinggal di badan pesawat agar tak jatuh langsung ke arah pintu dan mengenai penumpang.
Dengan adanya rain gutter, penumpang dapat terhindar dari tetesan air yang meluncur dari atas punggung pesawat. Sebab, air yang meluncur dari punggung pesawat akan tertahan dan mengalir ke bagian terendah rain gutter sebelum jatuh ke daratan. Itu juga alasan mengapa rain gutter dibuat miring lima derajat, agar air tak menggenang di sana sekaligus langsung disalurkan ke bawah.
Namun demikian, meskipun rain gutter bisa mencegah agar penumpang tak kebasahan sekalipun setetes air serta melindungi kabin dari hujan, di beberapa kasus, semua itu rasanya terbuang percuma. Di bandara-bandara kecil, misalnya, rain gutter seolah tak berfungsi ketika garbarata tidak tersedia.
Baca juga: Pernah Dengar PBE? Inilah Andalan Pilot dan Pramugari Saat Terjadi Kebakaran di Pesawat
Jadi, ketika pesawat sampai di bandara dan di saat yang bersamaan terjadi hujan, maka, mau tak mau pintu pesawat dibuka dan penumpang kebasahan. Begitupun juga dengan area di sekitar pintu, mau tak mau hujan akan merangsek masuk ke dalam kabin dan bukan tak mungkin kabin akan becek dibuatnya.
Atas dasar itu, maka tak heran bila beberapa kalangan menilai rain gutter hampir tak berfungsi apapun kecuali sedikit saja. Namun, sejauh fungsi tak lebih besar dari keburukan atau dampak buruk yang ditimbulkan, maka, tak ada salahnya bila adanya rain gutter tetap patut diapresiasi sebagai salah satu karya sebagai satu kesatuan utuh dari para ahli aeronautika dunia.