Salah satu startup yang berkantor di Silicon Valley, Archer belum lama ini muncul ke publik dengan membawa desain taksi udara all-electric vertical takeoff and landing (eVTOL) dengan desain unik. Saat lanching beberapa waktu lalu, pihak Archer menyebut taksi udara besutan mereka bakal memiliki 12 baling-baling. Padahal, desain yang dirilis perusahaan menunjukkan hanya ada enam baling-baling (rotor).
Baca juga: Jaunt’s ROSA Gyrodyne – Rancangan Taksi Udara eVTOL Paling Aman di Dunia
Terkait hal ini, evtol.news melaporkan, Archer sengaja merahasiakan posisi enam rotor lainnya untuk mendukung taksi udara Archer (belum ada nama) melakukan pendaratan atau lepas landas secara vertikal. Adapun yang sudah ditampilkan hanya enam rotor, tiga di sayap kanan dan kiri bertugas menghasilkan daya dorong saat di udara.
Dalam pemaparannya, Brett Adcock dan Adam Goldstein, founder dan co-founder Archer menyebut, enam rotor dengan lima bilah di masing-masing rotornya itu nantinya akan mengantar taksi udara eVTOL Archer melaju hingga 241 km per jam, dengan kapasitas satu pilot dan empat penumpang. Kemampuan tersebut juga tak lepas dari desainnya yang ramping serta ekor berbentuk V-tail yang dinilai mampu membuat taksi udara lebih berkarakter aerodinamik.
Soal spesifikasi, taksi udara eVTOL dibekali dengan tiga paket baterai dengan kapasitas 143-kWh, termasuk di dalamnya 37 kWh untuk cadangan. Paket baterai seberat 3.000 kg itu disebut mampu membawa taksi udara sejauh sekitar 100 km. Berat lepas landas maksimum (MTOW) taksi udara Archer juga tergolong mumpuni, mencapai 3,175 kg. Yang menarik dari taksi udara ini adalah, faktor safety dan desain pesawat.
Desain pesawat yang ramping, selain menambah aerodinamika pesawat, rupanya juga berkontribusi dalam meningkatkan keselamatan penumpang. Tak hanya itu, dengan teknologi Distributed Electric Propulsion (DEP), taksi udara Archer dimungkinkan untuk tetap terus terbang sejauh puluhan kilometer sekalipun beberapa rotor mati. Sebab, masing-masing rotor mempunyai sumber tenaga sendiri, tak seperti rotor pada umumnya dengan sistem sentral, jika sistem rotor utama mati, maka pesawat atau taksi udara hanya menunggu waktu untuk terjun ke daratan.
Dengan spesifikasi di atas, taksi udara Archer diharapkan mampu membentuk kembali ekosistem mobilitas udara perkotaan (UAM), dengan fokus utama pada mengantar penumpang dengan cepat dan efisien di wilayah perkotaan yang padat.
Baca juga: Investasi di Taksi Terbang Joby Aviation, Toyota Gelontorkan Rp5,3 Triliun
Guna mengejar target tersebut, perusahaan akan menggelontorkan dana besar untuk pengembangan. Sejauh ini, Archer mungkin dapat dipastikan tak khawatir soal pendanaan, sebab, mereka seperti sudah mendapat jaminan pendanaan dengan masuknya Walmart, perusahaan publik terbesar di dunia asal AS berdasarkan pendapatan, sebagai investor.
Dengan dana besar itu pula, selain melakukan pengembang, Archer juga membajak tokoh-tokoh intelektual dari perusahaan taksi udara eVTOL ternama di dunia yang sudah lebih dahulu ada, seperti Tom Muniz dan Alan Chen dari Wisk, Geoff Bower dari Airbus Vahana, hingga Ben Goldman dari Joby.