Airbus dikabarkan telah mengembangkan sebuah removable cover atau penutup yang bisa dilepas dan dipasang untuk melindungi panel-panel kontrol di kokpit dari tumpahan kopi, teh, atau cairan lainnya. Langkah tersebut merupakan sebuah respon atas beberapa insiden sebelumnya yang menyebabkan engine shutdown.
Baca juga: Setelah Dua Insiden, EASA Keluarkan Aturan Bebas Cairan di Dalam Kokpit Airbus A350
Dikutip dari Flight Global, sesuai arahan dari Badan Keamanan Penerbangan Eropa (EASA), removable cover itu akan menutupi tuas utama mesin, thumbwheels, dan rotary knobs selama di udara. Namun, pada fase-fase penting, seperti take-off, approach, dan landing, removable cover tersebut harus dibuka untuk memudahkan pilot.
Tumpahan minuman ke panel kontrol centre pedestal di kokpit Delta Air Lines A350 pada Januari dan Asiana A350 November lalu, masing-masing memang telah membuat engine shutdown atau mesin mati. Tak lama setelah dua insiden tersebut, Airbus pun merevisi aircraft flight manual, sejenis buku panduan pilot dan co-pilot, yang pada intinya memperketat aturan zona larangan adanya minuman di kokpit.
Dengan adanya inovasi berupa removable cover di kokpit serta adanya zona larangan adanya minuman di kokpit, diharapkan dua kejadian yang melibatkan Delta Air Lines dan Asian Airlines atau kejadian lainnya yang melibatkan A330 Condor Airlines tidak terulang lagi. Namun demikian, karena removable cover tidak statis, artinya masih ada kemungkinan hilang, atau mungkin pula rusak. Bila salah satu dari dua keadaan tersebut terjadi, tidak ada cara lain kecuali memperketat aturan zona larangan cairan, selain tentu saja mendorong kesadaran pilot untuk patuh pada aturan tersebut.
Akan tetapi, dari beberapa kasus di atas dan adanya kelemahan dari removable cover, yang notabene bisa hilang atau rusak, pertanyaan pun muncul, mengapa tidak dibuat instrumen anti cairan atau instrumen anti tumpahan saja? Menurut seorang captain pilot Airbus A330-A350 Qatar Airways, sebetulnya, tanpa ada embel-embel alasan apapun, bisa saja dibuat instrument anti tumpahan. Namun, bila melihat beberapa pertimbangan, seperti bobot, biaya, dan komplikasi, hal itu masih sulit diterapkan.
Kemudian, ia juga menyoroti bahwa sebetulnya dengan aturan main yang ada seharusnya sudah bisa menghindari terjadinya insiden itu. Hanya saja, karena aturan dilanggar, seperti tidak boleh ada minuman di atas atau di dekat center pedestal, entah sengaja atau tidak, insiden pun terjadi.
Padahal, dalam catatannya, dari database ASRS dan safety reporting NASA, insiden seperti itu rupanya sudah lumrah terjadi dan tidak hanya menimpa Airbus A350 dan kedua maskapai di atas. Meski demikian, lagi-lagi, ketidakdisiplinan kru kokpit ataupun kru kabin membuat insiden tersebut terus beulang hingga kini.
Sebetulnya, dahulu, saat sistem kontrol masih berupa mekanik atau manual, tumpahan apapun tak akan membuat masalah. Saat ini, pada sistem terkomputerisasi pada pesawat, tumpahan sekecil apapun memang akan menjadi masalah.
Baca juga: Perang Dunia I Dorong Ilmuan Inggris Kembangkan Telepon Nirkabel di Kokpit
Sebetulnya, tanpa adanya larangan dari EASA pun, secara teknis, pilot dan co-pilot sudah dilatih untuk tidak makan dan minum di dekat center pedestal. Hal itu untuk menghindari insiden tumpahan apapun ke center pedestal karena akan berakibat fatal. Sebagai gantinya, makan dan minum di kokpit sedikit diberi kelonggaran jika dilakukan di dekat jendela.
Selain itu, di beberapa maskapai, untuk menghindari adanya tumpahan, mekanisme membuat minuman pun sampai diatur, tidak lebih dari ½ ataupun 3/4. Saat mengantarkan ke dalam kokpit pun, pramugari tidak boleh meletakan langsung ke dekat center pedestal, melainkan harus menyusuri sisi kokpit dan meletakannya di dekat jendela.