Pernahkah Anda berhenti sejenak di depan sebuah flight board yang ada di bandara dan memperhatikan kombinasi huruf serta angka yang tertera di sana? Kombinasi tersebut juga dapat Anda temukan di tiket penerbangan Anda. Ya, memang terdapat arti tersendiri dibalik kode penerbangan seperti yang sudah dijabarkan di atas, dan itu bukanlah deretan huruf dan angka yang tidak memiliki makna, karena dari situ, seseorang dapat membaca maskapai apa yang Ia naiki lengkap dengan destinasinya.
Baca Juga: Kode Bandara Mudahkan Penumpang dan Pekerja Penerbangan
Setiap nomor penerbangan memiliki rute penerbangannya sendiri. Hal ini bertujuan agar memudahkan bagian administrasi maskapai dalam mendata pesawat-pesawat mana saja yang telah take-off atau yang akan landing. Selain itu, nomor penerbangan juga memiliki unsur fungsi perencanaan dan biasanya dikelompokkan secara geografis. Seorang pilot dan juga penulis buku berjudul “Cockpit Confidential”, Patrick Smith mengatakan, sebagian besar maskapai penerbangan memberikan nomor genap untuk penerbangan menuju ke timur, sedangkan penerbangan arah barat mendapatkan nomor ganjil.
Lalu, bagaimana cara membacanya? Kode penerbangan biasanya diawali dengan dua huruf yang merupakan kode International Air Transport Association (IATA), sebuah asosiasi angkutan udara internasional. Huruf-huruf tersebut merupakan inisial dari maskapai yang bersangkutan, sebagai contoh, apabila Anda menemukan kode penerbangan dengan huruf awal GA, maka kode tersebut milik maskapai Garuda Indonesia. Contoh lainnya adalah SQ, menandakan kode tersebut milik pesawat asal negeri tetangga, Singapore Airlines.
Setelah dua huruf di awal kode penerbangan, muncul beberapa deret angka yang juga memiliki arti tersembunyi. Sebagai aturan umum, nomor penerbangan dengan empat angka yang dimulai dengan angka “3” atau di atasnya, misalnya “3493”, menunjukan bahwa penerbangan tersebut merupakan penerbangan codeshare yang dioperasikan oleh aliansi maskapai tersebut. Maksud dari penerbangan codeshare adalah penerbangan yang dilakukan dua atau lebih maskapai berlatar belakang kerja sama yang mereka jalin.
Ambil contoh Garuda Indonesia bekerja sama dengan maskapai bonafit asal Tiimur Tengah, Etihad. Garuda menjual tiket penerbangan menuju Manchester, walaupun Garuda tidak melayani penerbangan menuju Manchester. Berbekal bekerja sama yang dibangun oleh Garuda dengan Etihad, maka penumpang yang membeli tiket Jakarta – Manchester akan terbang menggunakan maskapai Etihad.
Ringkasnya, kode penerbangan adalah gabungan dari kode maskapai, xx (diisi dengan abjad), dan nomor penerbangan numerik, n(diisi dengan angka), ditambah opsional satu huruf “akhiran operasional” x(diisi dengan abjad). Jadi, format penuh dari sebuah kode penerbangan adalah xx.nnn.x.
Setiap maskapai memiliki kode penerbangannya masing-masing, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ambil contoh sebuah maskapai asal negeri kangguru, Qantas. Maskapai ini memiliki 2 kode penerbangan, yang membatasi antara penerbangan internasional dengan penerbangan domestik. Angka 1 sampai 399 digunakan maskapai asal Australia untuk melayani penerbangan internasional termasuk penerbangan codeshare, sedangkan 400 ke atas digunakan Qantas sebagai kode penerbangan domestik.
Baca Juga: Mengenal Arti Kode “PK” di Badan Pesawat Penumpang
Kebanyakan, pihak maskapai menghindari penggunaan angka-angka yang dinilai membawa kesialan, seperti angka 13 dan 666. Walaupun tidak ada teori pasti mengenai pengguna angka tersebut dapat mengalami kesialan, namun kebanyakan pihak maskapai tetap menolak untuk menggunakannya. Lain halnya dengan American Airlines yang lebih memilih untuk “memuseumkan” nomor penerbangan 11 pada rute penerbangan Boston – Los Angeles. Bukan tanpa alasan, ini merupakan sebuah penghormatan terhadap tragedi pada 11 September 2001 silam, dimana sebuah pesawat boeing 707 milik maskapai tersebut dibajak sebelum akhirnya ditabrakkan ke gedung World Trade Center.