Monday, November 25, 2024
HomeAnalisa AngkutanBoeing Catatkan Kerugian Terbesar Sepanjang Sejarah Berdiri

Boeing Catatkan Kerugian Terbesar Sepanjang Sejarah Berdiri

Setelah melalui tahun yang buruk, ditandai dengan jatuhnya Boeing 737 MAX milik maskapai Lion Air dan Ethiopian Airlines, Boeing akhirnya merilis laporan tahunan. Dalam laporan tersebut, Boeing mengaku mencatatkan kerugian bersih terbesar sepanjang sejarah berdirinya perusahaan sebesar US$636 juta (Rp8,864 triliun).

Baca juga: Boeing Akui Fitur Folding Wingtip 777X Bisa Jadi Penyebab Kecelakaan

Dikutip dari seattletimes.com, Kamis, (30/1), kinerja keuangan Boeing sebetulnya sempat membaik pada kuartal ketiga 2019. Kala itu, perusahaan berhasil memperoleh laba US$ 895 juta (sekitar Rp12,53 triliun). Padahal, periode tersebut Boeing tengah mengalami pukulan telak akibat serangkaian kecelakaan pada Boeing 737 MAX.

Meski demikian, keuntungan yang berhasil diperoleh Boeing pada kuartal tiga ini turun jika dibandingkan dengan pendapatannya tahun lalu sebesar US$1,9 miliar (sekitar Rp26,6 triliun). Boeing mengamankan keuntungannya berkat bisnisnya di sektor pertahanan dan luar angkasa, meskipun sektor pesawat komersial (Commercial Airplanes division) miliknya terus membukukan kerugian lain.

Kinerja keuangan Boeing baru benar-benar teruji ketika pada kuartal kedua dan kuartal keempat, dimana perusahaan tersebut mengalami defisit besar. Pada kuartal kedua, Boeing mencatat kerugian US$3,7 miliar (sekitar Rp51,8 triliun). Kemudian pada kuartal keempat, kerugian sebesar US$1,01 miliar (Rp13,7 triliun). Hal itu belum termasuk revenue yang juga menurun dibanding tahun sebelumnya pada kuartal pertama hingga keempat.

Pada kuartal pertama hingga keempat tahun lalu, Boeing membukukan total pendapatan mencapai US$3,7 miliar (Rp244,5 triliun), turun hampir 37 persen dibanding tahun sebelumnya US$28,3 miliar (Rp386,9 triliun).

Selain itu, kinerja keuangan terburuk Boeing sepanjang sejarah berdirinya perusahaan juga dikarenakan oleh turunnya harga saham perusahaan asal negeri Paman Sam tersebut. Polanya nyaris sama dengan pendapatan Boeing pada kuartal dua dan empat di 2019. Pada tahun tersebut, saham Boeing anjlok menjadi hanya US$1,79 per lembar, jauh dibandingkan dengan harga saham di tahun sebelumnya saat membukukan keuntungan sebesar US$3,4 miliar (Rp 46,4 triliun), yakni sebesar $5.93 per lembar.

Selain karena merosotnya pengiriman hingga 53 persen, belum ditambah jumlah pesanan di tahun 2020 yang juga mengalami penurunan, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja keuangan, kerugian Boeing juga disumbang oleh banyaknya pembatalan pesanan serta pembayaran ganti rugi kepada para pelanggan, termasuk kepada ahli waris dari para korban terdampak.

Tak hanya itu, keputusan Boeing untuk memangkas tingkat produksi 787 Dreamliner, dari 14 unit lebih per bulan menjadi hanya kurang dari 12 unit per bulan, juga turut menyumbang laju perlambatan keuangan Boeing. Menurut sebagian pengamat, keputusan teresbut bukanlah hal yang mengejutkan, mengingat permintaan jangka pendek yang lamban untuk jet berbadan lebar dan sisa pesanan yang hanya tinggal beberapa pesawat saja.

Menanggapi beban yang ada dihadapannya, ditambah fakta bahwa perusahaan yang dipimpinnya kini telah mengalami kerugian terbesar sepanjang sejarah berdiri, CEO Boeing, Dave Calhoun pun akhirnya buka suara. Berbanding terballik dengan keadaan keuangan yang tengah terpuruk, ia justru menyikapi berbagai keterpurukan Boeing dengan optimis.

“Kami menyadari memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kami berfokus untuk mengembalikan 737 MAX ke layanan dengan aman dan memulihkan kepercayaan lama yang diwakili oleh merek Boeing dengan publik penerbangan,” katanya.

Baca juga: Boeing Kembali Temukan Masalah Baru pada Software, 737 MAX Gagal Terbang (Lagi)

“Untungnya, kekuatan keseluruhan portofolio bisnis Boeing kami menyediakan likuiditas keuangan untuk mengikuti proses pemulihan yang menyeluruh dan disiplin,” lanjut, CEO yang baru menjabat awal bulan ini, menggantikan CEO lama, Dennis Muilenburg.

Sebagai informasi, sebelum tahun 2019, Boeing juga pernah mencatat kerugian besar pada tahun 1995 dan 1997. Kala itu, Boeing mencatat kerugian total sebesar US$214 miliar (sekitar Rp 46,4 triliun).

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru