Setelah beberapa hari lalu penumpang Scoot frustasi akibat tak diberitahu pihak maskapai bahwa mereka terbang bersama 110 orang Wuhan, belum lama ini hal tersebut kembali terjadi. Bedanya, kali ini, seorang penumpang berhasil memergoki penumpang lain dari Wuhan minum obat anti demam. Ujungnya, mereka pun menolak terbang dan menuntut maskapai mengeluarkan orang-orang Wuhan dari penerbangan.
Seperti dikutip dari laman dailymail.co.uk, Rabu, (29/1), drama penolakan tersebut dilaporkan terjadi di Jepang, pada hari Selasa kemarin, ketika sekitar 70 penumpang dan 16 orang Wuhan tengah bersiap untuk melakukan penerbangan CZ380 Nagoya (Bandara Internasional Chubu Centrair) – Shanghai (Shanghai Pudong International Airport). Saat itu, seorang wanita parauh baya asal Shanghai awalnya hanya duduk di ruang tunggu sambil melihat-lihat beberapa orang di seberangnya berbicara satu sama lain dalam dialek Wuhan.
Tak lama berselang, salah satu dari mereka tertangkap basah meminum obat anti demam, di tengah rekan-rekannya yang sedang berbincang dalam dialek Wuhan tersebut. Melihat hal itu, perempuan paruh baya tersebut langsung memberi tahu ke rekan-rekannya sesama dari Shanghai atas apa yang ia lihat. Mereka pun kemudian ramai-ramai mengadu ke pihak maskapai tentang keberadaan orang-orang Wuhan di dalam penerbangan tersebut. Khususnya terhadap orang yang diduga demam tadi.
Akibat insiden yang terjadi 30 menit sebelum penerbangan tersebut, pihak maskapai pun kalang kabut untuk melerai kedua belah pihak. Jadwal penerbangan pun molor hingga lima jam. Padahal, penerbangan China Southern Airlines Nagoya (NGO) – Shanghai (PVG) sejatinya hanya membutuhkan waktu selama dua jam.
Pada akhirnya, orang-orang Wuhan tetap diizinkan berangkat, setelah perwakilan dari Konsulat Jenderal Cina di Nagoya turun tangan. Selain itu, otoritas bandara juga mengutus petugas medis untuk mengukur suhu tubuh setiap penumpang yang salah satunya ditemukan diduga mengalami sedikit demam. Penumpang tersebut pun akhirnya dikeluarkan dari penerbangan.
Salah satu dari orang-orang Wuhan yang berada di penerbangan tersebut tak kuasa menahan amarah dan kemudian membagikan kisah mereka di media sosial Twitter versi Cina, Weibo, dengan unggahan berikut.
“Kami tidak bisa kembali ke rumah. Tetapi setengah jam sebelum waktu keberangkatan, kelompok orang Shanghai ini mengeluh ke bandara dan menolak untuk melakukan penerbangan yang sama dengan kami. Apakah mereka benar-benar teman sebangsa kita? Kami juga korban. Ketika kami pergi, pemerintah tidak menutup kota. Kami di sini bukan untuk menghindari bencana, kami menikmati liburan seperti biasa. Siapa yang akan memikirkan situasi ini?”
Namun, bukan simpati yang didapat justru cibiran. Di antara netizen ada yang mengatakan bahwa penumpang asal Shanghai berada dalam posisi yang benar untuk memprotes maskapai atas keberadaan mereka (orang-orang Wuhan). Yang lainnya malah meminta orang-orang Wuhan tersebut untuk secara sukarela mengasingkan diri (mengkarantina).
Baca juga: Cegah Coronavirus, Angkasa Pura I Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Penumpang Asal Cina
Wabah virus corona sendiri hingga kini sedikitnya telah menewaskan 130 orang di Cina dan membuat hampir 6.000 orang terinfeksi di seluruh dunia. Krisis akibat wabah yang semakin intensif tersebut juga telah memaksa pihak berwenang mengkarantina setidaknya 56 juta orang yang tinggal di Provinsi Hubei, Cina tengah, termasuk Wuhan, dan membatalkan perayaan Tahun Baru Imlek di seluruh negeri.
Menanggapi insiden di Nagoya itu, otoritas Cina sebetulnya sudah mengingatkan seluruh warganya agar tidak membeda-bedakan orang-orang dari Provinsi Hubei, khususnya terkait wabah virus corona.