Bus otonom di Jepang akan mulai beroperasi di jalanan umum pada April 2020 mendatang. Nantinya ketika beroperasi ada sebelas bus yang akan berjalan secara otonom. Armada bus ini disediakan oleh startup Perancis yakni Navya yang bekerja sama dengan SoftBank.
Baca juga: Volvo Demonstrasikan Bus Otonom Bertenaga Listrik yang Bisa Keliling Depo!
Bus otonom tersebut ketika berjalan akan dioperasikan oleh perangkat lunak pemantauan terintegrasi yang dikembangkan sendiri oleh SB Drive yang merupakan anak perusahaan perangkat lunak SoftBank. Nantinya bus akan berjalan sejauh 2,5 kilometer di Jalanan Sakai yang merupakan sebuah kota sederhana di kawasan Tokyo.
Perhentian bus otonom pun sudah ditentukan sebelumnya yakni sekolah dan bank. Menurut CEO SB Drive, bus akan menawarkan kenyamanan praktis dan bisa dianggap sebagai elevator horisontal yang mengangkut penumpang di sepanjang rute yang telah ditentukan.
KabarPenumpang.com melansir wccftech.com (27/1/2020), sebenarnya hukum Jepang tidaklah mengizinkan adanya kendaraan otonom yang beroperasi di jalanan umum. Namun sepertinya SoftBank memiliki pengecualian karena memodifikasi penawaran yang diberikan Navya sesuai dengan peraturan Jepang.
Dalam peraturan yang dibuat dalam hukum Jepang, ada berbagai perubahan yang dilakukan yakni mencakup kursi yang ditunjuk untuk mengemudikan bus ketika terjadi keadaan darurat. Ini membuat proyek otonom tersebut diklasifikasikan sebagai sistem level 2.
Tapi karena kepercayaan diri SoftBank, mereka langsung beralih ke sistem level 4 yang sepenuhnya otonom setelah penghapusan pembatasan peraturan yang berlaku. Sebagai penyegaran, bus saat ini dianggap sebagai aplikasi paling praktis dari teknologi mengemudi otonom di Jepang karena kekurangan pengemudi dan menurunnya jumlah penumpang yang menuju ke daerah-daerah terpencil.
Meski demikian, kelayakan finansial jangka panjang proyek ini masih belum jelas walaupun kota Sakai berencana untuk mengalokasikan anggaran 520 juta yen ($4,7 juta) untuk proyek lima tahun. Kemitraan SoftBank dengan Navya menggarisbawahi ambisinya yang berkembang di bidang mengemudi mandiri atau otonom.
Raksasa Jepang ini tetap menjadi pendukung utama Uber dengan ekstensi, teknologi mengemudi mandiri miliknya. Menariknya, taruhan ini belum membuahkan hasil. Diketahui harga saham Uber anjlok secara dramatis setelah pencatatan perusahaan dan mengakhiri tahun turun sekitar 34 persen karena investor semakin skeptis mengenai prospek keuntungan berkelanjutan.
Baca juga: Sukses Uji Bus Otonom, Singapura Siap Operasionalkan di 3 Distrik Tahun Depan
Selain itu, tantangan peraturan dan masalah keselamatan penumpang karena pemeriksaan latar belakang pengemudi yang tidak memadai hanya berfungsi untuk semakin memikat selera investor. Meskipun demikian, selama kuartal ketiga tahun 2019, manajemennya meyakinkan para investor bahwa perusahaan akan dapat mencapai profitabilitas berdasarkan EBITDA pada tahun 2021.