Setelah lama tertunda, Boeing 777X akhirnya sukses terbang perdana pada Sabtu lalu. Sekalipun sempat tertunda, Boeing mengklaim bahwa pesawat tersebut akan bisa bersaing dengan kompetitornya berkat fitur folding wingtip serta beberapa inovasi lainnya. Padahal, sebelum benar-benar berhasil terbang, varian baru dari seri 777 tersebut mendapat respon negatif dari publik terkait mesin GE9X.
Baca juga: Ditengah Keraguan Soal “Folding Wingtip,” Boeing 777X Sukses Terbang Perdana
Dilansir dari laman simpleflying.com, Selasa (28/1), diantara sederet hal baru pada 777X, fitur ujung sayap yang dapat bergerak melipat (folding wingtip) dinilai sebagai fitur paling menonjol. Dengan fitur tersebut, pesawat dimungkinkan untuk menjadi lebih ramping untuk parkir di apron bandara, dari semula 71,8 meter menjadi hanya di bawah 64,8 meter.
Boeing beralasan, bahwa fitur tersebut belajar dari insiden Airbus A380 yang memaksa bandara melakukan modifikasi mahal ketika pesawat dua tingkat dengan bentang sayap sejauh 79,5 meter tersebut memulai debutnya pada 2007 silam.
Nantinya, pesawat yang dirancang untuk bersaing dengan Airbus A350 tersebut, akan memiliki dua model. Model pertama yakni 777X-8 akan memuat sekitar 384 penumpang dan memiliki jangkauan 16.093 kilometer, dan 777X-9 akan memuat sekitar 426 penumpang, dengan daya jelajah sekitar 13.491 km, serta kapasitas bahan bakar sebesar 2 juta liter lebih.
Walaupun berhasil terbang dan mengelilingi langit Washington dan Seattle selama empat jam, tetap saja, terdapat beberapa keraguan bila sewaktu-waktu folding wingtip tidak berjalan sebagaimana mestinya atau mengalami kerusakan saat diterpa berbagai tekanan, baik saat lepas landas, di udara, maupun ketika mendarat.
Boeing sendiri sudah berani memastikan bahwa fitur tersebut aman. 777X pun juga lolos tes Federal Aviation Administration (FAA) atau regulator penerbangan sipil di Amerika. Hanya saja dengan beberapa syarat. Beberapa syarat tersebut mencakup keamanan dan daya tahan bantalan, baik di darat maupun saat di udara di tengah cuaca buruk, serta sistem peringatan ke pilot jika sesuatu yang tak beres terjadi.
Selain mengajukan beberapa syarat untuk Boeing terkait wingtip, FAA juga memberikan beberapa mekanisme. Pada intinya, mekanisme tersebut memastikan bahwa folding wingtip berada pada posisi yang benar, baik saat lepas landas maupun saat mendarat.
Tak hanya itu, FAA juga mengingatkan, ketika folding wingtip tak berjalan dengan baik, hal tersebut harus terhubung ke instrumen-instrumen di dalam kokpit dalam bentuk beragam, bisa dengan suara, ataupun tombol peringatan yang menyala.
Menariknya, ketika hal itu terjadi (folding wingtip mengalami ganguan dan tidak berada posisi yang benar saat di udara) Boeing mengakui bahwa sesuatu hal bisa saja terjadi. Bahkan, mereka cukup sadar untuk mengakui di hadapan FAA, bahwa fitur tersebut masih sangat mungkin menjadi penyebab terjadinya kecelakaan.
Sekalipun Boeing belum mengeluarkan dampak pastinya saat sistem folding wingtip eror di udara, sebagian kalangan menilai bahwa hal tersebut mungkin tidak berdampak terlalu fatal. Pasalnya, bila melihat dimensi bentang sayap yang ada, harusnya penerbangan akan baik-baik saja. Folding wingtip dalam keadaan normal berada pada kisaran 71 meter dan jika melipat berada pada posisi berkisar 64 meter.
Artinya, lebar bentang sayap tersebut masih lebih besar dibanding B747-100 yang memiliki bentang sayap 59,6 meter. Padahal, baik 777X maupun 747-100, dari segi kapasitas, tak jauh berbeda. Jadi, dari segi keamanan, beberapa kalangan berpendapat tetap akan aman. Kecuali dari segi tingkat efisiensi bahan bakar, erornya folding wingtip mungkin akan membuat penerbangan tidak se-efisien yang diharapkan sebelumnya.
Baca juga: ‘Move on’ dari Kasus 737 MAX, Boeing Siap Uji Terbang Perdana Seri 777X
Boeing sendiri, hingga kini, belum memberikan detail pasti tentang bagaimana folding wingtip bekerja. Tetapi Boeing berkilah bahwa mereka telah melakukan segalanya untuk membuat folding wingtip aman.
“Ujung sayap lipat sederhana dan sangat andal dengan mekanisme penyebaran, penarikan, dan penguncian yang berlebihan. Kami merancang ujung sayap lipat seperti setiap sistem kritis penerbangan lainnya sehingga memenuhi persyaratan keselamatan,” katanya.