Internet of Things, atau dikenal juga dengan singkatan IoT, pada dasarnya merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus. IoT mengacu pada benda yang dapat diidentifikasikan secara unik sebagai representasi virtual dalam struktur berbasis Internet.
Dibanding aspek lain dalam beragam implementasi IoT, sektor transportasi bisa dibilang yang paling cepat mengena dalam mengenalkan IoT kepada masyarakat. Alasannya jelas, transportasi khususnya yang menyangkut layanan publik langsung dirasakan oleh masyarakat umum. Dan karena menyangkut mobilitas, maka IoT pada aspek transportasi akan terkait dengan jaringan teknologi berbasis nirkabel.
Dalam simulasi, ketika jaringan WiFi (wireless fidelity) dapat disematkan di dalam moda transportasi massal, maka untuk seterusnya tak sulit untuk mewujudkan IoT dalam turuan aplikasi-aplikasi yang berguna bagi penumpang lewat penerjemahan beragam sensor. Dan berdasarkan dari pergerakan teknologi dan kebutuhan, tak hanya moda di darat yang bisa merasakan kecanggihan IoT, moda laut dan udara pun mendapat sentuhan IoT.
Bus dan Internet of Things
Di aspek transportasi darat, pabrikan otomotif lokal di Amerika Serikat – Local Motors – bekerjasama perusahaan internet IBM Watson IoT membuat konsep bus yang bisa melaju tanpa sopir. Menariknya, bus yang dinamai Olli itu bisa diajak berkomunikasi.
Meski baru sebatas prototipe, Local Motors dan IBM pada bulan Juni 2016 telah mendemonstrasikan kebolehan bus konsep itu di jalanan sekitar Washington D.C. Bahkan akhir tahun 2016, dua perusahaan itu menargetkan telah memiliki armada bus otonom atau tanpa sopir untuk melayani permintaan shuttle di Maryland, yakni di samping National Harbor Shopping Center sepanjang sungai Potomac.
Keunggulan bus ini selain mampu melaju tanpa pengendalian seorang sopir alias otonom, juga kemampuannya untuk berkomunikasi dengan penumpang. Penumpang bus yang berkapasitas 12 orang itu, bisa memerintahkan bus untuk menuju ke tempat yang diminta.
Caranya cukup menyebut tempat tujuan itu dan prosesor berteknologi tinggi pada sistem komputer bus itu akan merekam dan memerintahkan bus berjalan ke tempat yang dimaksud penumpang. Meski demikian, trayek yang dilalui bus ini telah ditentukan ke titik-titik tertentu. IBM Watson Internet of Things menyatakan, bus ini merupakan kendaraan pertama yang memanfaatkan kekuatan sistem komputer berbasis cloud dengan kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI).
Di dalam negeri, sentuhan IoT juga sudah menyambangi transportasi darat. Sebagai pelopornya adalah Perusahaan Umum Damri dengan dukunga operator XL.
Melalui kerja sama antara perusahaan swasta dan BUMN ini, layanan inovatif berbasis IoT akan menyediakan sistem pemantauan “Passenger Information System.” Sistem pemantauan yang dirancang XL ini nantinya akan bermanfaat baik bagi penumpang, pengemudi bus, maupun pengelola manajemen perusahaan Damri itu sendiri.
Bagi penumpang, keberadaan sistem yang berbentuk aplikasi ini akan memungkinkan mereka mengetahui waktu kedatangan bis sehingga dapat menghemat waktu tanpa perlu mengantri di terminal, mempermudah transaksi pembelian tiket, bahkan bisa memonitor anggota keluarga yang sedang dalam perjalanan. Sementara bagi pengelola Damri, sistem ini akan mempermudah memantau lokasi keberadaan armada bus, kondisi bus, dan score card awak bus yang beroperasi.
Pada tahap awal, aplikasi Passenger Information System ini akan dipasang pada 260 armada bus jalur Bandara Soekarno Hatta yang menuju ke beberapa wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat. Sebagai informasi, saat ini Perum Damri, sebagai perusahaan angkutan pertama di Indonesia telah memiliki setidaknynya 2.500 unit bus yang tersebar di seluruh nusantara.