Boeing mengonfirmasi telah menemukan masalah baru pada software 737 MAX akhir pekan lalu. Menurut laporan terbaru, masalah ini dapat mempengaruhi kemampuan pesawat untuk memverifikasi bahwa sistemnya siap untuk penerbangan. Dengan ditemukannya masalah baru tersebut, dipastikan, Boeing 737 MAX kembali gagal terbang.
Baca juga: Belum Tuntas Soal Regulasi, Boeing Kembali Temukan Masalah di 737 MAX
Dilansir slashgear.com, sebelum masalah baru tersebut ditemukan, Boeing dan FAA (Federal Aviation Administration atau otoritas penerbangan sipil di Amerika Serikat ) berencana akan melakukan serangkaian uji coba serta melakukan sertifikasi penerbangan bersama pilot-pilot dari maskapai yang mengoperasikan 737 MAX di seluruh dunia.
Praktis, setelah temuan tersebut, rencana Boeing dan FAA dipastikan bakal buyar. Beruntung, menurut Boeing, masalah baru tersebut bukanlah masalah besar. Oleh karenanya, Boeing menjelaskan penundaan untuk melakukan uji coba dan sertifikasi dengan para pilot dari seluruh dunia tidak akan lama.
“Kami sedang melakukan pembaruan yang diperlukan dan bekerja bersama dengan FAA saat mengajukan perubahan ini,” katanya. “Tampaknya akan ada lagi penundaan yang mungkin mendorong penerbangan (uji coba) mundur hingga paling cepat Februari awal,” lanjutnya.
Disebutkan bahwa masalah terjadi pada software yang memverifikasi apakah monitor yang melacak sistem utama pada pesawat, telah berfungsi dengan baik. Pemeriksaan monitor biasanya dilakukan secara otomatis saat pesawat atau sistemnya dinyalakan. Namun dalam pemeriksaan terbaru, salah satu monitor tidak menyala dengan benar.
Diketahui bahwa Boeing saat ini sedang memprogram kembali software 737 MAX yang mencelakakan Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302 yang menewaskan total 346 orang. Perbaikan fokus pada sistem anti-stall penerbangan, MCAS, yang dilaporkan berperan besar pada dua kecelakaan itu.
Atas tragedi yang jaraknya tak terlalu jauh tersebut, Boeing 737 MAX akhirnya di-grounded secara global sejak Maret 2019. Sebelum pesawat itu kembali mengudara, otoritas penerbangan sipil AS harus menentukan jenis pelatihan apa saja yang diperlukan oleh para pilot 737 MAX untuk dijadwalkan melewati uji penerbangan.
‘Dikandangkannya’ Boeing 737 MAX sejak pertengahan tahun lalu juga membuat laju pendapatan Boeing jeblok. Pada 2019 lalu, Boeing hanya membukukan pendapat sebesar 58,6 miliar dolar AS atau turun 19 persen dari tahun sebelumnya. Laba bersihnya lebih parah lagi, turun hingga 97 persen menjadi 374 dolar AS.
Jebloknya pendapatan tersebut terkoreksi karena pengiriman pesawat yang juga jeblok, hingga 53 persen. Pada tahun lalu, Boeing tercatat hanya membukukan total pengiriman pesawat ke seluruh dunia sebesar 380 pesawat. Angka yang cukup jauh dibandingkan dengan kompetitornya, Airbus, yang membukukan pengiriman sebanyak 863 pesawat.
Baca juga: Grounded Boeing 737 MAX 8 Ikut Hantam Bisnis Agen Perjalanan Ini
Untuk saat ini, tidak jelas berapa lama masalah perangkat lunak baru ini dapat menunda proses sertifikasi. Kesalahan terbaru ini berdampak pada komputer kendali penerbangan, terutama ‘proses perangkat lunak’ yang dimaksudkan untuk memantau proses aktivasi dan kemampuan untuk memverifikasi bahwa komputer kontrol penerbangan siap untuk penerbangan.