Stasiun Ceper yang terletak di Klaten merupakan stasiun kereta api kelas III/ kecil dan masuk dalam Daerah Operasional (Daop) VI Yogyakarta. Berada di ketinggian +133 meter diatas permukaan laut, stasiun ini dulunya memiliki percabangan ke pabrik gula Ceper Baru.
Baca juga: Stasiun Maguwo Lama – Pernah Jadi ‘Saksi’ Agresi Militer Belanda ke II di Yogyakarta
Berada dibawah manajemen PT Kereta Api Indonesia (KAI), Stasiun Ceper bangunannya merupakan peninggalan masa Hindia Belanda yang diperkirakan pembangunannya bersamaan dengan jalur rel kereta api dari Solo Balapan – Yogyakarta. Di mana pengerjaannya dilakukan oleh perusahaan kereta api milik swasta di Hindia Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatscahppij (NIS) pada tahun 1872 sebagai lanjutan dari proyek jalur Semarang-Vorstenlanden.
Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, jalur ini memiliki panjang 58 km dengan pengerjaan dimulai dari Solo di sebelah timur laut ke Yogyakarta di sebelah barat daya. Kemudian jalur ini akhirnya diambilalih oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api milik pemerintah di Hindia Belanda, dan dilakukan pembenahan pada tahun 1929.
Meski stasiun kecil tetapi memiliki empat jalur dengan jalur 1, 2 dan 3 terhubung dalam persilangan di sebelah selatan ataupun utara. Sedangkan jalur 4 terhubung dengan Gudang Pupuk Sriwijaya (Pusri). Kemudian pada tahun 2013, untuk mendukung operasional jalur ganda, sistem persinyalan mekanik di stasiun ini diganti dengn sistem persinyalan elektrik buatan PT Len Industri dan mulai dioperasikan pada 12 Februari 2019 kemarin.
Sejak pengoperasian jalur ganda parsial Yogyakarta – Solo sebagai segmen Srowot–Ketandan per 2001 dan selesai sebagai segmen Brambanan–Delanggu pada tanggal 15 Desember 2003, stasiun ini memiliki lima jalur kereta api dengan jalur 2 dan 3 merupakan sepur lurus serta jalur 5 sebagai jalur parkir KA barang.
Mulai Maret 2015, stasiun ini menjadi titik akhir perjalanan kereta api Pupuk Sriwijaya Palembang sebelum didistribusikan ke daerah sekitarnya. Pupuk Sriwijaya ini diangkut dari Stasiun Cilacap Pelabuhan di dekat Pelabuhan Tanjung Intan.
Stasiun Ceper sebenarnya termasuk stasiun yang memiliki bangunan stasiun yang lumayan besar bila ditinjau dari bangunan stasiun di daerah lainnya yang setipe. Mungkin karena Ceper pernah menorehkan sejarah dengan adanya PG Ceper Baru yang pada waktu itu turut andil dalam memberikan masukan keuangan bagi Pemerintah Hindia Belanda sehingga Stasiun Ceper dibangun lebih besar. Sama kasusnya dengan Stasiun Delanggu.
Baca juga: Menapaki Sentuhan Belanda di 10 Stasiun Tua di Indonesia
Diketahui, pada 1 Desember 2011, Stasiun Ceper tak dioperasikan oleh PT KAI dan dirasakan oleh pedangan yang berjualan di Stasiun Ceper. Adanya penutupan ini, Humas Daop VI Eko Budiyanto mengatakan kebijakan tersebut diberikan untuk alasan efisiensi.