Setelah empat tahun berada di masa coba-coba, akhirnya raksasa manufaktur kedirgantaraan asal Amerika, Boeing Co. ‘memberhentikan’ robot yang turut serta membangun dua bagian utama dari pesawat 777 dan model lanjutannya yang dikenal dengan 777X. Untuk menggantikan perannya, Boeing akan mempekerjakan tenaga mekanik terampil yang akan bekeja secara manual untuk memasukkan sekrup ke dalam lubangnya di sepanjang lingkar body pesawat. Guna mempermudah tugasnya, pihak Boeing akan memperkenalkan sistem otomatis flex tracks yang sejatinya dikembangkan untuk pesawat varian 787 Dreamliner.
Baca Juga: Kolaborasikan Tenaga Manusia dan Robot, Boeing 777X Siap Mengudara di 2020
Seperti yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman bloomberg.com, juru bicara Boeing Paul Bergman mengatakan bahwa pergeseran sistem robotika ke tenaga manusia ini diperkirakan rampung pada akhir tahun, dan ia menambahkan, “Boeing tidak merencanakan perubahan dalam kepegawaian untuk varian 777 yang diproduksi di Everett, Washington,”
“Solusi flex tracks terbukti lebih andal, karena membutuhkan lebih sedikit tenaga manusia dan pengerjaan ulang, tidak seperti robot,” sambungnya.
Walaupun menjanjikan tenaga kerja mekanis yang tidak pernah sakit, lelah, atau lapar, namun sistem otomatisasi yang diusung Boeing ini nyatanya menimbulkan banyak kasus dimana teknologinya belum memenuhi ketangkasan dan ketepatan tangan dan mata manusia. Ambil contoh perusahaan Tesla Inc., dimana walaupun pabrik otomotifnya yang ada di Fremont, California itu sudah mengerahkan tenaga fully automatic, namun perusahaan ini tetap menyediakan workshop di luar pabrik dimana para pekerja dapat melakukan pengecekan keseluruhan terhadap mobil rakitannya secara manual.
Baca Juga: Goyang Pasar Wide-Body, Boeing Siap Luncurkan 777X 13 Maret 2019
Mungkin penghilangan teknologi robotika dari jalur perakitan varian 777 dan 777X merupakan salah satu langkah Boeing untuk lebih memperhatikan detail yang diharapkan dapat meningkatkan keamanan pesawat secara keseluruhan – bahkan dari komponen terkecil sekalipun, seperti sekrup dan baut. Tidak menutup kemungkinan pula apabila Boeing akan mengalihkan teknologi robotikanya ini di jalur lainnya – perusahaan mana yang menginginkan kerugian akibat sebagian instrumen produksinya tidak difungsikan.
Seperti yang sudah diketahui bersama, wakil presiden dan Chief Project Engineer untuk 777X di Boeing Commercial Airplanes, Terry Beezhold di penghujung tahun 2017 lalu sempat mengatakan bahwa proses produksi yang dikombinasikan dengan sistem robotika dinilai lebih aman bagi orang-orang yang membangun pesawat tersebut. “Itu merupakan pekerjaan yang sangat sulit dilakukan, secara ergonomis,” ungkapnya kepada awak media setempat.