Setelah merajut kerjasama pada akhir 2018, Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air Group kini telah pecah kongsi, sebagai buntutnya logo “Garuda Indonesia” di armada Sriwijaya Air telah dicopot. Menanggapi perkembangan yang ada, pihak Sriwjaya Air Group lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) telah merombak susunan direksi dan komiraris. Melihat gejokak yang tak kondusif, muncul serangkaian kabar bahwa Sriwijaya Air Group telah berhenti beroperasi.
Menaggapi berita yang beredar di masyarakat, Direktur Komersial PT Sriwijaya Air Rifai Taberi dalam keterangan resmi menyebutkan, bahwa sampai saat ini PT Sriwijaya Air Group (Sriwijaya Air dan NAM Air) dalam keadaan baik dan masih beroperasi secara normal. Ia menambahkan, PT Sriwijaya Air Group masih tetap berkomitmen menjaga iklim operasional agar tetap kondusif dengan terus mengedepankan safety and security dalam setiap penerbangan.
Srijaya Air mengimbau kepada seluruh masyarakat maupun mitra kerja dan mitra usaha agar tidak resah dalam memilih pelayanan penerbangan bersama Sriwijaya Air dan NAM Air.
Sebelumnya, VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M Ikhsan Rosan menyebut bahwa pencabutan logo Garuda Indonesia pada armada Sriwijaya Air merupakan upaya dalam menjaga brand Garuda Indonesia Group, khususnya mempertimbangkan konsistensi layanan Sriwijaya Air Group yang tidak sejalan dengan standardisasi layanan Garuda Indonesia Group sejak adanya dispute kerja sama manajemen (KSM).
Baca juga: Ada Logo Garuda Indonesia di Sriwijaya Air, Gabung Seutuhnya Atau Tetap KSO?
KSM yang diketahui akan berlaku selama tiga tahun, dimana Garuda Indonesia Group akan terdiri dari empat maskapai yakni Garuda Indonesia, Citilink, Sriwijaya Air dan NAM Air. Semua pesawat yang dioperasikan Sriwijaya akan menggunakan logo ‘Member of Garuda Indonesia’ sejak 16 Desember 2018.