Seperti halnya Garuda Indonesia Group, Singapore Airliens sejatinya tak hanya nama maskapai, melainkan suatu kelompok usaha Singapore Airlines Group yang di dalamnya terdiri dari Singapore Airlines sebagai backbone layanan, kemudian ada SilkAir dan maskapai berbiaya murah, Scoot. Dan ditengah masa persaingan antar layanan yang ketat, ditambah meningkatnya tarif sebagai dampak harga minyak dunia, Singapore Airlines (SIA) Group masih mampu memperlihatkan kinerja operasional yang positif pada 3 layanannya. Dengan mengambil hub Bandara Changi, sontak menjadi pemikat pelancong untuk memakai jasa Singapore Airlines Group.
Baca juga: Demi Efisiensi Grup, SilkAir Besar Kemungkinan Dilebur Ke Singapore Airlines
Dalam sebuah laporan yang dirilis 23 September lalu, SIA Group memperlihatkan kinerja operasional yang telah berlangsung dalam periode Agustus 2019. Disebutkan jumlah penumpang yang diangkut oleh SIA Group (diukur dalam pendapatan penumpang per kilometer) meningkat sebesar 7,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mengikuti pertumbuhan kapasitas (diukur dalam jumlah kursi yang tersedia per kilometer) sebesar 5,6 persen. Tingkat keterisian penumpang (PLF/Passenger Load Factor) mengalami peningkatan sebesar 1,2 poin persentase menjadi 86,4 persen.
Lebih spesifik lagi, PLF Singapore Airlines mengalami peningkatan sebesar 1,5 poin persentase dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 86,3 persen. Jumlah penumpang yang diangkut meningkat sebesar 8,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, berbanding dengan peningkatan kapasitas sebesar 6,2 persen. Terlepas dari penurunan marjinal di Asia Timur dan Amerika, PLF mengalami peningkatan di seluruh wilayah rute.
Jumlah penumpang yang diangkut oleh SilkAir mengalami peningkatan sebesar 0,4 persen, sementara kapasitas mengalami penurunan sebesar 1,9 persen. Pengalihan beberapa rute penerbangan ke Scoot dan penarikan armada Boeing 737 MAX 8 dari layanan telah mempengaruhi kapasitas SilkAir. PLF meningkat sebesar 1,8 poin persentase menjadi 81,2 persen, dengan peningkatan pada seluruh wilayah rute.
Kemudian PLF Scoot mengalami peningkatan sebesar 0,3 poin persentase menjadi 88,6 persen, seiring dengan peningkatan jumlah penumpang yang diangkut sebesar 6,1 persen berbanding dengan peningkatan kapasitas sebesar 5,7 persen. PLF mengalami peningkatan di kawasan Asia Barat serta di kawasan lainnya, sementara itu PLF Asia Timur mengalami penurunan karena lalu lintas tidak sejalan dengan perubahan kapasitas. Layanan menuju Quanzhou ditangguhkan mulai pada tanggal 24 Agustus 2019 dikarenakan jumlah permintaaan yang lemah dan berkurangnya jumlah armada pesawat.
Baca juga: Scoot Hapus Biaya Pemrosesan Pembayaran Global dan Tawarkan Pilihan Pembayaran Baru
Tingkat keterisian kargo (CLF) mengalami penurunan sebesar 6,0 poin persentase, yang disebabkan oleh penurunan lalu lintas kargo (diukur dalam ton beban kargo per kilometer) sebesar 10,2 persen, melebihi penyusutan kapasitas kargo sebesar 0,8 persen. CLF di seluruh wilayah rute mengalami penurunan.