Sektor kedirgantaraan global yang semakin berkembang belakangan ini agaknya akan mengalami sedikit pergeseran pasar, dimana CEO Lufthansa memprediksi bahwa di masa yang akan datang, ‘pemain inti’ dari sektor ini dipegang oleh rute penerbangan jarak pendek – menengah ketimbang rute penerbangan jarak jauh. Pernyataan ini semakin diperkuat oleh prediksi Carsten Spohr, sang CEO Lufthansa, mengenai sedikitnya maskapai yang akan berbagi pasar di rute utama penerbangan internasional – hanya berkisar 12 maskapai saja.
Baca Juga: Ryanair Berterima Kasih Kepada Lufthansa, Ada Apa?
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman voanews.com (20/9), Carsten memperkirakan hanya akan ada 12 maskapai yang nantinya akan berbagi pasar, “tiga di Amerika Serikat, tiga di Cina, tiga di Negara Teluk (Timur Tengah), dan tiga sisanya di Eropa,” ujar Carsten tanpa menyebutkan secara rinci merk dagangnya.
Tidak lain dan tidak bukan, penyebab menurunnya angka ini adalah karena krisis ekonomi global, dimana ekor dari krisis ini juga turut menghantam sektor kedirgantaraan. Kepala eksekutif Lufthansa memperingatkan bahwa setiap krisis ekonomi yang akan terjadi di masa depan dapat menghantam maskapai penerbangan – Eropa khususnya, tetapi memperkirakan penurunan dapat “mempercepat” proses merger dan akuisisi.
“Jika ada satu aspek positif terhadap perataan ekonomi global, dan tentunya juga akan berdampak bagi semua maskapai – tidak terkecuali bagi Lufthansa – Itu akan mempercepat proses konsolidasi,” tambah Spohr.
Bangkrutnya maskapai barbiaya rendah asal Negeri Bavaria beberapa waktu yang lalu, Air Berlin dan Germania memungkinkan Lufthansa untuk membeli rute penerbangan dua maskapai ini. Dengan kata lain, Lufthansa akan juga bermain di ‘pasar bawah’ kelak, jika mereka akan mengakuisisi dua maskapai tersebut.
Baca Juga: Margin Keuntungan Tipis, Lufthansa Hibahkan Rute Penerbangan Menuju Bangkok
Jika berangan-angan, di sini tampak jelas bahwa pihak Lufthansa ingin memegang peranan aktif dalam urusan konsolidasi di sektor aviasi, yang diharapkan dapat mengembalikan keuntungan Lufthansa yang sempat turun 70 persen pada kuartal kedua.
“Persaingan harga unik” dengan maskapai berbiaya rendah asal Irlandia, Ryanair merupakan salah satu penyebab anjloknya keuntungan Lufthansa.
Sebelumnya juga, Lufthansa telah menghapuskan rute penerbangan Munich – Bangkok dari layanan karena memiliki margin keuntungan yang tipis.