Kemacetan banyak dialami oleh kota-kota besar di Indonesia, karena hal ini membuat pemerintah mencari moda transportasi yang tepat untuk mengatasinya. Bahkan, belakangan nama O-Bahn sering disebut pihak pemerintah untuk membantu mengatasi masalah kemacetan khususnya di Jakarta padahal sudah ada TransJakarta, MRT dan LRT.
Baca juga: Skybridge MRT Jakarta Hubungkan Poins Square dan Halte TransJakarta
Namun, apasih O-Bahn yang tengah direncakan oleh pemerintah tersebut? O-Bahn, merupakan moda transportasi yang menggabungkan elemen-elemen dari sistem bus dan kereta api ini memiliki jalur yang dibangun secara khusus. Tak hanya melalui jalur khusus, O-Bahn juga bisa melaju di jalur biasa.
Kendaraan percampuran antara BRT dan LRT ini mampu mengangkut 20 persen lebih banyak dibandingkan TransJakarta. Kecepatan melaju O-Bahn pun bisa lebih tinggi karena memiliki jalur sendiri.
Sayangnya harga penyediaan O-Bhan ini lebih mahal dibandingkan BRT tetapi lebih murah daripada membangun LRT. Meski daya angkutnya sama dengan BRT O-Bahn yang melaju di jalan biasa atau rel bisa menempuh waktu lebih cepat. Sehinga dalam periode yang sama, bisa mengangkut penumpang lebih banyak.
Bus ini memiliki roda pandu yang berada di samping ban depan bus. Roda pandu ini menyatu dengan batang kemudi roda depan, sehingga ketika bus memasuki jalur O-Bahn, supir tak perlu lagi mengendalikan arah bus karena roda pandu akan mengarahkan bus sesuai dengan arah rel pandu serta mencegah bus terperosok ke celah yang ada di jalur.
Biasanya O-Bahn menggunakan bus gandeng dan bisa membantu mengurangi jeda antar bus yang bermanfaat di jam-jam sibuk. Dari sisi kecepatan tempuh, O-bahn bisa melesat lebih cepat ketimbang BRT. Bahkan sampai di atas 80 km per jam pada jalur khusus. Sedangkan kecepatan BRT rata-rata hanya 60 km per jam.
Sistem ini sendiri pertama kali digunakan di Kota Essen, Jerman dan tahun 1986 diperkenalkan di Adelaide untuk melayani pinggiran kota timur laut yang berkembang pesat menggantikan rencana sebelumnya untuk perluasan jalur trem. Selain itu juga sudah diterapkan di Nagoya, Jepang.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Zulfikri mengatakan, ide ini datang dari daerah-daerah yang tidak terakses angkutan kereta. Mengenai kota yang tepat untuk diterapkan angkutan moda anyar itu, Zulfikri berujar perlu kajian mendalam. Karena itu, ia pun belum bisa memastikan kapan O-Bahn bisa diterapkan di Indonesia.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan gagasan itu muncul sebagai jawaban dari permintaan Presiden Joko Widodo untuk mengatasi kemacetan di sejumlah kota besar di Indonesia. Kota yang disebut Budi antara lain Surabaya, Bandung, Makassar, Medan, Palembang, hingga Yogyakarta.
Baca juga: Dilengkapi 17 Stasiun, LRT Jabodebek Siap Mengular di 2021
Munculnya O-Bahn, kata Budi, bisa merevolusi transportasi umum di Indonesia dan bisa membuat perjalanan masyarakat lebih mudah.
“Dengan mengedepankan smart city. Kemenhub sedang melakukan kajian tentang transportasi ini untuk diterapkan di Indonesia,” kata Budi yang dikutip KabarPenumpang.com dari tempo.co (24/6/2019)