Menjadi salah satu moda transportasi massal di ibukota, Moda Raya Terpadu atau MRT kedepannya akan dikembangkan dan melingkupi wilayah Jabodetabek. Pembangunan jalur sepanjang 230 km tersebut akan dikebut hingga 2030 mendatang.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menjelaskan, untuk pembangunan jalur MRT sepanjang 230 km akan dilakukan dengan pendekatan paralel atau secara bertahap dan berkelanjutan. Dia mengatakan pada jalur sepanjang 230 km ada MRT line 1 hingga 10 dan ini tengah dibantu konsultasinya dengan pihak Jepang.
“Itu sedang kita dibantu konsultan Jepang. Kemudian mendesain, keluar angka untuk Jakarta 230 km,” ujar William yang dikutip KabarPenumpang.com dari detik.com (23/7/2019).
Adapun 10 line yang menjadi rute hasil kajian dilakukan oleh Jabodetabek Urban Transport Policy Integration Phase 2 (JUTPI 2) merupakan kerja sama teknis antara pemerintah Indonesia (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian) dan pemerintah Jepang (Badan Kerjasama Internasional Jepang). Proyek ini disetujui berdasarkan catatan diskusi proyek integrasi kebijakan transportasi perkotaan Jabodetabek fase II antara JICA yang diwakili oleh JICA Indonesia dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Badan Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan fungsi institusi administratif dari sistem transportasi perkotaan dengan mempromosikan pengembangan kapasitas dan kerjasama antara organisasi terkait transportasi perkotaan di Jabodetabek dalam rangka pengembangan sistem transportasi umum perkotaan. Meski begitu, rute ini masih dalam bentuk kajian dan belum ada dasar hukum yang menetapkan hasil kajian menjadi landasan pembangunan MRT tahap selanjutnya.
Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin mengatakan, saat ini yang pasti adalah rute Selatan-Utara dan Timur-Barat. Untuk pembangunan MRT fase Timur-Barat yang akan menghubungkan Kalideres dengan Ujung Genteng akan ditargetkan mulai 2020 mendatang dan tengah menyelesaikan pencarian sumber pendanaan yang memungkinkan dalam pembiayaan proyek tersebut.
“Fase ini biaya investasi yang diperlukan untuk membangunnya mencapai US$4 miliar atau sekitar Rp56 triliun. Jalur dengan panjang 31 km ini dibagian tengah dibangun underground dan sebagian elevated. Banyak elevated,” jelas William.
Rencananya untuk pendanaan fase Timur-barat berbeda dengan dua fase sebelumnya, dimana PT MRT akan mencoba mencari pinjaman langsung dari swasta dan beberapa kreditur saat ini sudah melirik pendaan tersebut.
“Ada beberapa donor yang sudah tertarik, seperti JICA sendiri, Asian Development Bank, Asian Infrastructure Investment Bank. Itu tiga yang sekarang sedang melirik proyek fase III itu. Kami akan mencari mekanisme untuk mempercepat proses itu saja,” ungkapnya.
Adapun fase Timur-Barat sendiri merupakan bagian dari rute masa depan MRT yang dilakukan kajiannya oleh Jabodetabek Urban Transport Policy Integration Phase 2 (JUTPI 2). Namun untuk fase atau line lainnya, saat ini masih sebatas kajian terbatas yang belum ada payung hukum pelaksanaannya lebih lanjut.
Baca juga: Gandeng ITDT, MRT Jakarta Siap ‘Manjakan’ Pejalan Kaki dan Pesepeda
“Kalau yang jelas itu fase I, II, dan III. Tapi yang lainnya itu belum. Itu nanti harus dianalisis lagi. Fase selain itu belum ada payung hukumnya,” jelasnya.
Untuk diketahui berikut daftar 10 line MRT Jakarta yang mencakup target pembangunan 230 km jalur baru hingga 2030 mendatang:
Lebak Bulus-Ancol Barat
Cikarang-Balaraja
Bandara Soetta-Kampung Bandan
Cilincing-Lebak Bulus
Karawaci-Senayan-Cawang-Cikarang
Lebak Bulus-Rawa Buntu-Karawaci
Bekasi Utara-Bekasi Selatan
Pluit-Grogol-Kuningan-Depok
Outer loopline
Inner loopline