Jauh sebelum era kebangkitan sleeper train yang kini digaungi oleh PT KAI, maka kilas balik ke dekade 60-an, saat PT KAI bernama PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api), pun sudah mengular armada kereta tidur yang dipelopori operasionalnya oleh KA Bima jurusan Jakarta – Surabaya. Berbeda dengan sleeper train yang ada saat ini, dahulu sleeper train diwujudkan dalam fasilitas kamar. Dan tahukah Anda, ternyata kereta tidur KA Bima ternyata berasal dari Eropa Timur.
Baca juga: Mengenal Eksotisme Layanan Kereta Tidur di Indonesia
Meski di akhir dekade 60-an, hubungan diplomatik Indonesia memburuk dengan Uni Soviet dan Eropa Timur, namun rupanya tak terlalu berdampak pada kerja sama di sektor transportasi. Sebagai buktinya adalah rangkaian gerbong kereta tidur di KA Bima berasal dari Jerman Timur.
Dari akun Facebook Komunitas Sejarah Perkeretaapian Indonesia, disebutkan kereta tidur dengan cat biru mudah tersebut didatangkan dari VEB Waggonbau Görlitz. Sebelum melayani rute jarak jauh Jakarta – Surabaya, rangkaian gerbong sleeper train terlebih dahulu diuji coba penggunaanya pada tahun 1967 dengan rute Jakarta – Bandung. Setelah hasilnya memuaskan baru kemudian kereta-kereta tersebut diserahkan ke PNKA.
Pesanan khusus dari PNKA tersebut seluruhnya berjumlah 28 kereta yang terdiri dari 7 kereta tidur kelas satu, 10 kereta tidur kelas dua, 4 kereta makan dan 7 kereta barang pembangkit. Dari 28 kereta tersebut dibentuklah 3 rangkaian kereta tidur malam yang dinamakan Bima (Biru Malam). Kereta tidur kelas satu memiliki 13 kompartemen yang masing-masing memiliki 2 tempat tidur.
Sedangkan kereta kelas dua terdiri dari 12 kompartemen tidur dengan kapasitas masing-masing 3 tempat tidur di dalam kompartemen. Kereta kelas dua memiliki 2 toilet dengan gang di bagian samping. Kereta makannya dapat menampung 48 penumpang sekaligus, jadi bila saatnya makan malam tiba para penumpang diatur secara bergiliran untuk makan.
Baca juga: Hadirkan Sleeper Train, Siapkah PT KAI Hapus Bayangan “Masalah” Sosial KA Bima?
Kereta-kereta dari Jerman Timur tersebut dikirim dari pelabuahan Rostock dan Wismar. Transport dari Görlitz ke pelabuhan dilakukan melalui jalan rel normal. Karena lebar bentang rel (gauge) di Jerman adalah 1435 mm, sedangkan kereta PNKA memiliki bogie 1067 mm, maka pada setiap bogie-bogie kereta dipasang “konsol atau adapter 1435 mm, sehingga kereta bisa berjalan di sepur 1435 mm. Tujuan didatangkannnya rangkaian spleer train adalah untuk memodernisir armada kereta tidur zaman Belanda (De Nacht Expres).