Sejak hadirnya armada bus ‘besar’ MetroTrans dengan desain low deck, tak pelak gaya transportasi bus di Jakarta ikut berubah, persisnya Jakarta tak kalah dengan Singapura, Sydney dan kota-kota besar lainnya. Namun tak semua MetroTrans melaju di jalan raya ukuran besar. Beberapa MetroTrans justru dihadirkan PT TransJakarta di rute berjalan yang relatif ‘sempit.’
Baca juga: Mulai Agustus 2019, MetroTrans Gantikan “Bikun” di Kampus UI Depok
Seperti apa yang terjadi di kawasan Kemang, kehadiran MetroTrans menimbulkan kontroversi, lantaran hanya sebagian kecil ruas Jalan kemang Raya yang lebar, sementara sisanya adalah jalan dengan ukuran relatif agak sempit. Pengoperasian MetroTrans menjadi dilema, terutama saat bus ukuran bongsor itu berbelok. Sudut putar yang besar otomatis memakan sebagian besar ruas jalan. Alhasil MetroTrans kerap dituding sebagai biang kemacetan.
Bahkan saat ini, ruang Kemang Raya tengah dilakukan proyek pembuatan trotoar di sisi kanan dan kiri jalan. Dengan lebar jalan yang menyempit membuat beban kemacetan lalu lintas di jam-jam sibuk kian parah. Lantas yang jadi pertanyaan, apakah penggelaran MetroTrans selama ini sudah melalui studi?
KabarPenumpang.com yang sempat menanyakan hal tersebut mendapat jawaban langsung dari Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Agung Wicaksono. Agung mengatakan, kehadiran MetroTrans di jalanan sempit seperti daerah Kemang Raya karena kurangnya MiniTrans atau bus sedang yang menggantikan Kopaja ataupun MetroMini.
Bahkan dia mengatakan saat ini MiniTrans yang ada baru seratus armada dan masih menunggu ketersediaan bus.
“Kita mau gunakan MiniTrans, tetapi karena ketersediaan kurang sehingga menggunakan MetroTrans. Tidak ada uji studi hanya kurang armada,” jelas Agung, Jumat (19/7/2019).
Dia menambahkan, untuk ketersediaan MiniTrans saat ini masih dalam tahap negosiasi dengan pihak Metromini, Kopaja, Kopami, Koantasbima dan operator bus sedang lainnya. Hal ini nantinya akan menjadi bagian dari komitmen Gubernur untuk membersihkan udara Jakarta dimana bus lama diganti menjadi baru.
“Nanti bus baru itu akan menjadi bagian dari TransJakarta yang diberinama MiniTrans. Yang jelas kalau sudah tersedia dengan cukup maka akan segera kami alokasikan jika penyediaannya cepat dan mengikuti yang kami inginkan,” tambah Agung.
Selain itu, TransJakarta juga sudah melakukan pra uji coba pada tiga bus listriknya. Ternyata selama libur Lebaran 2019 kemarin penumpang yang menggunakan bus listrik tersebut mencapai 13 ribu pelanggan.
Agung mengatakan, saat ini ketiga bus tersebut tengah dalam fase mendapat perizinan dan sertifikasi.
“Satu bus listrik dari MAB (Mobil Anak Bangsa) sudah mendapat sertifikat uji tipe (SUT) dari Kemenhub (Kementerian Perhubungan). Sedangkan BYD tengah menjalani sertifikasi,” kata AGung.
Dia mengatakan, untuk BYD sendiri berkasnya baru masuk Selasa (16/7/2019) kemarin ke Kemenhub. Menurutnya, setealh lulus, akan ada proses dari kepolisian untuk mengeluarkan STNK, nilai jual kendaraan bermotor dan lainnya.
Baca juga: “Terlalu Senyap,” Transport for London Aplikasikan Suara Khusus Pada Bus Listrik
“Untuk peraturan terkait bus listrik masih proses lintas kementrian. Kalau bisa ada Perpres atau ada peraturan di tingkat pusat yang akan membuat berbagai kementerian ini bisa saling sinergi atau lebih konfidence ijin-ijin yang dibutuhkan,” ujarnya.