Setelah tiga bulan mengular di jalanan ibu kota, PT MRT Jakarta mulai menata kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD). Dalam rancangan yang dibuat PT MRT Jakarta, konsep pengembangannya akan dilakukan di sekitar kawasan stasiun layang MRT, mulai dari Stasiun ASEAN hingga Lebak Bulus.
Baca juga: Bangun TOD di Lebak Bulus, MRT Jakarta Lalukan Studi Pengembangan dengan Wijaya Karya
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, tengah melakukan pengembangan Transit plaza dekat Stasiun Lebak Bulus. Ini untuk memudahkan pengendara online maupun transportasi umum lainnya bisa dengan mudah menaik turunkan penumpang.
Selain itu, nantinya Stasiun Lebak Bulus sendiri akan terhubung dengan Poins Square yakni dengan jembatan penghubung, seperti yang terbangun di Stasiun Blok M ke Blok M Plaza.
“Transit plaza yang akan kita bangun itu bekas kantor MRT di Lebak Bulus. Sehingga untuk menaik turunkan penumpang menuju ke stasiun tidak terlalu jauh. Kita buat jembatan penyeberangan orang dari Stasiun Lebak Bulus ke Poins Square ini semua dikerjakan oleh pihak pengelola,” kata William, Rabu (26/6/2019).
Dia menjelaskan pembangunan jembatan penyeberangan orang atau skybridge yang menghubungkan Stasiun Lebak Bulus dan Poins Square akan memakan waktu 5-6 bulan. Bahkan dia mengatakan, nantinya akan ada bagian di Stasiun Lebak Bulus yang bisa digunakan sebagai ruang pameran.
Tak hanya TOD Lebak Bulus, sekitaran Stasiun ASEAN dan Blok M akan dikembangkan menjadi satu bagian yang berkonsep Garden City. Menurut William, konsep ini dambil karena sekitaran Stasiun ASEAN dan Blok M banyak taman dan membuat jalur tersebut hijau.
Nantinya setelah selesai mengembangkan tiga lokasi tersebut, PT MRT Jakarta juga akan melanjutkannya ke stasiun Haji Nawi dan Fatmawati sekitar bulan Juli, Agustus hingga September. William menambahkan, untuk Stasiun Haji Nawi, konsep dari TOD nya adalah komunitas dimana dibuat untuk pusat kegiatan kearifan lokal yang inklusif dan aktif.
Baca juga: Depo di Ancol Barat, MRT Jakarta Fase II Punya Tujuh Stasiun
“Kita buat TOD dengan tema komunitas, karena daerah sini banyak orang Betawi jadi bisa dikembangkan dengan tradisionalnya,” tambah William.
Namun, William mengaku untuk pengembangan stasiun MRT bawah tanah labih sulit pembangunan TOD dibandingkan dengan stasiun layang. Pasalnya kawasan sekitaran stasiun MR bawah tanah adalah kawasan yang lebih berkembang dimana perkantoran dan pusat perbelanjaan ada di sekitarnya.