Salah satu peluncuran ‘burung besi’ yang paling dinanti-nantikan dalam sejarah penerbangan baru-baru ini akan terjadi pada 13 Maret 2019 mendatang ketika Boeing meluncurkan pesawat double-jet raksasa – 777X. Tanggal tersebut diketahui dari sebuah cuitan yang ditulis pihak Boeing dalam akun jejaring sosial Twitter miliknya. Sesuai jadwal 777X akan terbang perdana pada 2019, dan akan diserahkan ke kustomer mulai 2020.
Baca Juga: Kolaborasikan Tenaga Manusia dan Robot, Boeing 777X Siap Mengudara di 2020
Sebagaimana yang sudah diketahui bersama, Boeing 777X terbagi ke dalam dua varian; 777-8 dan 777-9. Di antara kedua varian ini, Boeing adapun varian 777-9 yang akan terlebih dahulu diluncurkan, menyusul 777-8. Memiliki kapasitas 400 bangku untuk Boeing 777-9 dan 350 bangku di Boeing 777-8, kedua varian ini mampu menembus jangkauan lebih dari 17.220 km. Tapi tahukah Anda siapa yang jadi ‘dalang’ di balik perakitan Boeing 777X ini?
KabarPenumpang.com mengutip dari laman airlineratings.com (5/3/2019), bukan pimpinan Boeing yang ternyata menjadi kekuatan pendorong di balik 777X ini, melainkan Presiden Emirates, Sir Tim Clark. Di sini, Emirates telah mencantumkan diri sebagai pembeli utama varian ini dengan total pesanan 150 unit. Mungkin hal ini juga yang melatarbelakangi pembatalan pesanan Emirates terhadap super-jumbo jet, Airbus A380.
“Ini (Boeing 777X) amat baik, dan itu sifatnya absolut,” ujar Sir Tim Clark.
Satu poin yang membuat Sir Tim Clark memuji Boeing 777X ini adalah karena nilai ekonomis dan ruang kabin yang lebih besar. Dikabarkan Boeing 777X lebih efisien 20 persen per-bangku ketimbang saudara tuanya, Boeing 777-300ER. 777X juga memiliki ruang kabin yang lebih besar dengan ukuran jendela yang juga diperbesar. Boeing 777X menggabungkan fitur terbaik dari 777 saat ini dengan badan pesawat yang lebih panjang, mesin baru dan desain sayap komposit dari Boeing 787.
Baca Juga: Wow! Mesin Boeing 777X Lebih Besar dari Body 737
Adapun maskapai lain yang juga telah mencatatkan diri dalam daftar pesanan Boeing 777X adalah Lufthansa, Etihad Airways, Qatar Airways, Singapore Airlines, Cathay Pacific Airways, All Nippon Airlines, dan British Airways.
Alih-alih bersaing, kali ini Boeing dan rival utamanya, Airbus sama-sama sepakat untuk tetap berusaha mengikuti kemauan para maskapai, “atau paling tidak mendekati permintaan tersebut,”